"Sopir truk harus menghadapi waktu tunggu yang lama, risiko kelelahan, peningkatan biaya operasional, hingga tekanan psikologis akibat target pengiriman yang sulit dicapai," katanya.
Selain itu, kata Ilham, akibat kebijakan ini, sopir truk juga harus merasakan dampak yakni biaya logistik meningkat, kerugian finansial, risiko keselamatan yang lebih tinggi, ketidakpastian pekerjaan, premanisme, kelelahan fisik dan mental, hingga hilangnya waktu luang bersama keluarga.
"Kami menuntut agar membatalkan kebijakan Gate Pass Pelabuhan, hinggga pelayanan bongkar-muat tidak boleh lebih dari satu jam," tandas Ilham.
Berikut 6 tuntutan para sopir atas unjuk rasa yang dilakukan:
- Batalkan kebijakan gate pass pelabuhan yang memberatkan;
- Pelayanan bonkar muat yang cepat, maksimal 1 jam dari gate in;
- Atasi kemacetan dengan cara penambahan gate in di NPCT1, perbaiki sistem yang sering eror, sediakan kantong parkir gratis dalam Pelabuhan;
- Berikan keamanan bagi seluruh sopir dari premanisme jalanan;
- Berikan pelayanan fasilitas (toilet, kantin, dan ruang tunggu untuk sopir/kernet serta pengguna jasa Pelabuhan lainnya;
- Berantas mafia pungli di dalam pelabuhan.