“Penghancuran rumah dan infrastruktur sipil yang disengaja oleh Israel telah membuat banyak penduduk tidak mungkin kembali,” kata Ramzi Kaiss dari Human Rights Watch.
Sejak konflik lintas perbatasan dimulai pada Oktober 2023, lebih dari 4.000 orang tewas di Lebanon, sementara 78 orang termasuk tentara tewas di Israel. Tambahan 56 tentara Israel juga kehilangan nyawa selama serangan darat di Lebanon selatan.
Di tengah situasi yang masih rapuh, pemerintah Lebanon menegaskan bahwa hanya negara yang boleh memiliki persenjataan, dalam sebuah pernyataan terselubung yang mengarah pada perlucutan senjata Hizbullah.
Namun, bagi warga seperti Shukeir, harapan untuk kembali ke rumah tetap tinggi.
"Kami akan kembali ke kota kami dan berbahagia lagi, meskipun rumah kami telah hancur dan banyak anak muda yang telah hilang," katanya.