Seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan kepada CNN bahwa senjata yang sempat tertahan di Polandia sudah mulai dikirimkan kembali ke Ukraina.
Menteri Pertahanan Polandia Pawe Zalewski mengonfirmasi bahwa persenjataan yang disimpan di Rzeszow, dekat perbatasan Ukraina, mulai mengalir kembali setelah negosiasi antara AS dan Ukraina di Arab Saudi pada 12 Maret 2025.
Selain bantuan militer, AS tetap menyediakan aliran intelijen untuk tujuan pertahanan Ukraina.
Steve Witkoff menekankan bahwa "aliran intelijen tidak pernah sepenuhnya dihentikan meskipun terjadi ketegangan politik. Namun, sejumlah pihak mengkritik tindakan Trump yang dianggap terlalu keras terhadap Ukraina di tengah perjuangan negara tersebut melawan invasi Rusia. Tindakan ini memperlihatkan lemahnya koordinasi dan dapat memperlemah upaya kolektif menghadapi ancaman Rusia," ujar seorang analis politik dari Washington.
Dukungan semakin kuat dari 15 negara
Sekitar 15 negara telah menyatakan kesiapan mereka untuk berpartisipasi dalam inisiatif memberikan jaminan keamanan bagi Ukraina.
Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Prancis, Sebastien Lecornu, dalam konferensi pers bersama dengan para menteri pertahanan dari Jerman, Polandia, Italia, dan Inggris pada Rabu (12/3).
"Kami telah merangkum hasil dari pertemuan pertama sejumlah kepala staf umum dari negara-negara relawan, yang membahas apa saja jaminan keamanan yang dapat diberikan untuk Ukraina. Saat ini, sekitar 15 negara telah menunjukkan niat untuk melanjutkan proses ini," ujar Lecornu.
Lecornu menekankan bahwa jaminan keamanan utama bagi Ukraina tetaplah kekuatan militernya sendiri.
Baca Juga: Trump Kembali Kirim Senjata ke Ukraina Setelah Gencatan Senjata! Apa yang Berubah?
Terkait hal ini, diskusi mengenai pemberian bantuan kepada Ukraina serta penggunaan aset Rusia yang dibekukan terus dilakukan secara aktif.