suara hijau

El Nino Ancam Lukisan Gua Berusia 50.000 Tahun: Studi Ungkap Dampak Mengerikan Perubahan Iklim pada Warisan Budaya

Muhammad Yunus Suara.Com
Sabtu, 22 Maret 2025 | 21:33 WIB
El Nino Ancam Lukisan Gua Berusia 50.000 Tahun: Studi Ungkap Dampak Mengerikan Perubahan Iklim pada Warisan Budaya
Lukisan tertua di dunia. Gambar seekor babi hutan di Gua Leang Tedongnge, Maros, Sulawesi Selatan diperkirakan berusia 45.000 tahun. [AFP/Maxime Aubert/Griffith University/AFP]

Suara.com - Fenomena perubahan iklim semakin menunjukkan dampaknya yang luas, tidak hanya terhadap ekosistem dan cuaca, tetapi juga pada warisan budaya.

Dalam Webinar Peringatan Hari Meteorologi Dunia yang diselenggarakan di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 22 Maret 2025.

Guru Besar Hidrometeorologi dari Departemen Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof. Dr. Halmar Halide, MSc, mengupas fenomena El Niño dan pengaruhnya terhadap seni cadas di Gua Prasejarah Maros-Pangkep.

Perubahan Iklim dan Degradasi Seni Cadas

Dalam presentasinya yang berjudul “The Impact of ENSO and Weather on Cave Art Exfoliation in the UNESCO Global Geopark Maros-Pangkep”.

Prof. Halmar menyajikan perspektif baru tentang bagaimana fenomena cuaca ekstrem akibat El Niño-Southern Oscillation (ENSO) mempercepat degradasi seni cadas berusia lebih dari 50.000 tahun di kawasan Geopark Maros-Pangkep.

El Nino menyebabkan peningkatan suhu dan perubahan kelembaban yang signifikan di berbagai wilayah, termasuk di kawasan gua prasejarah tersebut.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prof. Halmar, perubahan drastis ini memicu pengelupasan pada seni cadas di gua-gua seperti Leang Pettae, Leang Parewe, Leang Jing, dan Leang Jarie.

“Ketika suhu meningkat dan kelembaban turun drastis, lapisan batu tempat lukisan gua berada mengalami kontraksi dan ekspansi yang berulang, yang pada akhirnya menyebabkan pengelupasan,” jelas Prof. Halmar dalam pemaparannya.

Baca Juga: Kota Tenggelam: Bagaimana Perubahan Iklim Mengancam Daerah Pesisir?

Selain faktor iklim, penelitian ini juga menemukan bahwa aerosol sulfur yang berasal dari aktivitas manusia turut mempercepat degradasi seni cadas.

Emisi dari kendaraan diesel, pembakaran jerami, serta polusi industri memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi gua.

Partikel sulfur yang terakumulasi pada permukaan batu dapat bereaksi dengan air dan membentuk senyawa yang merusak struktur batuan, sehingga mempercepat pengelupasan lukisan gua.

Pemanfaatan AI dalam Penelitian

Untuk memahami lebih jauh korelasi antara perubahan iklim dan kerusakan seni cadas, penelitian ini memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

Dengan menggunakan data cuaca dari NASA dan indeks ENSO, Prof. Halmar dan timnya membangun model prediksi yang dapat memetakan pola pengelupasan berdasarkan variabilitas iklim.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI