Ia menyebut, penentuan 1 Syawal 1446 Hijriah juga ditandai dengan adanya fenomena alam terjadinya gerhana bulan pada hari Jumat 14 Maret 2025 sebagai tanda purnama sempurna atau bulan ke-15.
Gerhana matahari di benua Eropa, Amerika, Afrika Utara dan Asia Barat di akhir ramadan 1446 H, pada hari Sabtu 29 Maret 2025 jadi penanda terjadinya pergantian bulan atau konjungsi/Ijtima/New Moon dari ramadan ke Syawal, sekitar jam 19.00 Wita.
"Jadi berdasarkan perhitungan hisab dan rukyat bulan tersebut, maka pimpinan Jamaah Annadzir Gowa memutuskan dan menetapkan Idul Fitri 1446 H jatuh pada hari Ahad, 30 Maret 2025," katanya.
Hilal Tidak Terlihat
Sementara itu, berdasarkan hasil pantauan BMKG hingga pukul 17.00 WITA, hilal tidak terlihat karena pengaruh awan tebal dan kondisi cuaca yang hujan.
Namun, menurut Ketua Tim Pemantau Hilal BMKG Wilayah IV Makassar, Muhammad Karnaen, ketinggian bulan ada di minus 2° dan akan tenggelam duluan pada pukul 18.01 WITA.
Sementara, azimut matahari ada di 273.498° dan baru akan tenggelam pada 18.09 wita.
"Dengan keadaan itu, maka bulan dinyatakan negatif sehingga tidak akan terlihat," ucapnya.
Ia menyebut, untuk menetapkan 1 Syawal, tinggi hilal harus ada di atas 3° dengan sudut elongasi 6,4°.
Baca Juga: Tarekat Ana Loloa Ubah Rukun Islam Jadi 11, Kemenag Kirim Tim Khusus ke Maros
Namun di Makassar, tinggi hilal negatif dengan sudut elongasi hanya 2,22° di sebelah utara atau di bawah matahari.
Dengan kejadian ini, kata Karnaen, masyarakat bisa menggenapkan puasa. Ia juga meminta masyarakat tetap menunggu hasil sidang isbat yang akan diumumkan melalui konferensi pers oleh Menteri Agama RI.
"Tinggi hilal mar'i ataupun sudut elongasi sesuai kriteria Imkanur Rukyat tidak terpenuhi. Dari 33 provinsi lokasi pemantauan semua tidak terlihat. Jadi kita tetap menunggu hasil sidang isbat," jelasnya.
Kontributor : Lorensia Clara Tambing