Menurut laporan media Myanmar Now pada Ahad (30/3), NUG, yang dibentuk oleh anggota legislatif yang tersingkir akibat kudeta militer pada Februari 2021 tersebut, akan mengirimkan personel Gerakan Pembangkangan Sipil untuk membantu operasi penyelamatan di daerah-daerah di bawah kendali junta.
Gerakan sipil itu beranggotakan pegawai negeri dan individu profesional pro-demokrasi yang menjadi bagian penting dalam perlawanan terhadap rezim militer Myanmar.
Namun, NUG memberi syarat supaya pihak militer memastikan keselamatan personel tersebut dan tidak melakukan penahanan.
Junta Myanmar masih belum merespons seruan dari NUG.

Gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,7 magnitudo yang mengguncang Myanmar telah menelan korban jiwa dalam jumlah besar.
Menurut laporan media setempat, sedikitnya 1.700 orang tewas, sementara 3.408 lainnya mengalami luka-luka akibat reruntuhan bangunan dan guncangan kuat yang merusak berbagai wilayah.
Otoritas setempat memperingatkan bahwa angka ini kemungkinan masih akan bertambah, mengingat puluhan korban lainnya masih dinyatakan hilang dan tim penyelamat masih berupaya menjangkau daerah-daerah terdampak yang sulit diakses.
Dengan infrastruktur yang rusak parah, banyak warga yang terjebak di bawah puing-puing tanpa akses cepat terhadap bantuan medis dan penyelamatan.
Di tengah situasi darurat ini, Pemerintahan Persatuan Nasional (NUG) mengumumkan bahwa mereka telah mengalokasikan dana hingga 1 juta dolar AS (sekitar Rp16,5 miliar) untuk mendukung operasi penyelamatan dan distribusi bantuan kemanusiaan.
Baca Juga: Korban Tewas Gempa Myanmar Naik Jadi 1.700, Pusat Kremasi di Mandalay Sampai Kewalahan
Dana ini akan digunakan untuk menyediakan kebutuhan mendesak seperti obat-obatan, makanan, air bersih, dan tempat penampungan bagi para korban yang kehilangan tempat tinggal.