Suara.com - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengungkap isi pembicaraannya dengan Presiden kelima RI sekaligus Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat keduanya bertemu sebelum menyaksikan seni teater musik Bung Karno-Imam Bukhari di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa (15/4/2025) malam.
Fadli menyampaikan, dirinya dengan Megawati banyak bicara soal sejarah Indonesia dan Uzbekistan.
“Ya kebanyakan tentang sejarah, tentang sejarah dan juga tentang pementasan ini,” kata Fadli.
Fadli yang jga erupakan politikus Partai Gerindra ini mengatakan, Megawati juga beberapa waktu lalu telah berziarah langsung ke makam Imam Bukhari yang kondisinya tengah direnovasi.
“Dan mudah-mudahan tahun ini bisa selesai. Dan di situ kalau tidak salah akan ada semacam memorabilia tentang Bung karno perjalanan Bung Karno ketika tahun 1956 itu,” ujarnya.
Menurutnya, jika memorabilia Bung Karno disandingkan di area makam Imam Bukhari dilakukan maka itu sangat baik untuk sejarah dan diplomasi kebudayaan kedua negara.
“Dan saya kira ini penting dan bagus sekali bagi diplomasi budaya kita, diplomasi sejarah kita gitu ya. Karena mereka memang tidak pernah melupakan jasa Bung karno di dalam memuliakan makam Imam Bukhori ketika itu sampai sekarang,” katanya.
Pertunjukan seni yang digelar di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Jakarta Pusat itu turut dihadiri sejumlah pejabat tinggi negara. Mulai dari menteri, anggota DPR RI, elite partai politik hingga budayawan.
Tampak hadir di antaranya Gubernur Jakarta Pramono Anung dan Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno.
Baca Juga: PDIP Belum Gelar Kongres, Peneliti BRIN Singgung Suksesor Megawati dan Belum Solidnya Sikap Partai
Kemudian, Ketua DPP PDIP sekaligus putra Megawati, M. Prananda Prabowo dan Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDIP Puan Maharani.
Jajaran Ketua DPP PDIP yang terlihat hadir yakni Ganjar Pranowo, Deddy Sitorus, Djarot Saiful Hidayat, Bintang Puspayoga hingga Ronny Talapessy. Elite PDIP seperti Guntur Romli, Andika Perkasa hingga Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP Bonnie Triyana.
Adik kandung Megawati, Sukmawati Soekarnoputri dan Guruh Soekanoputra juga terlihat hadir di lokasi.
Sementara itu, Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi, dan sejumlah budayawan Tanah Air seperti Butet Kartaredjasa, terlihat turut menyaksikan pertunjukan ini.
Pidato Megawati
Sebelumnya Presiden RI kelima RI yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato dalam acara pertunjukan teater musik Imam Al-Bukhari dan Sukarno di Gedung Kesenian Jakarta, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Selasa (15/4/2025) malam.
Pertunjukan tersebut merupakan hasil kolaborasi seniman Indonesia dan Uzbekistan untuk memperingati hubungan historis dan spiritual antara kedua negara.
![Presiden RI kelima RI yang juga Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato dalam acara pertunjukan teater musik Imam Al-Bukhari dan Sukarno di Gedung Kesenian Jakarta, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Selasa (15/4/2025) malam. [Suara.com/Bagaskara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/15/42782-presiden-ri-kelima-ri-yang-juga-ketua-umum-pdip-megawati-soekarnoputri.jpg)
Dalam pidato yang disampaikan dalam acara tersebut, Megawati menekankan bagaimana pentingnya sejarah sebagai fondasi peradaban.
Kemudian, ia mengutip pesan Proklamator RI Soekarno atau Bung Karno soal JASMERAH, atau jangan sekali-kali melupakan sejarah, yang pernah menjadi tema pidato pada 17 Agustus 1966.
Menurutnya, sebuah bangsa dan negara bakal hancur apabila melupakan akar sejarah yang pernah dilalui.
"Sebab, jika suatu bangsa telah lupa akan sejarahnya di masa lampau, maka suatu saat bangsa tersebut akan tergelincir dan jatuh," kata Megawati dalam sambutan.
Tak hanya itu, ia lantas menceritakan hubungan antara Indonesia-Uzbekistan yang terjalin hangat setelah upaya diplomasi yang dilakukan oleh Bung Karno.
Megawati mengatakan, Bung Karno saat berkunjung ke Uni Soviet pada 1956. Kala itu, Bung Karno bersikeras meminta kepada Presiden Uni Soviet saat itu, Nikita Kurchev, untuk segera menemukan makam Imam Bukhari.
Bung Karno menyatakan hal tersebut lantaran telah berniat untuk berziarah ke makam Imam Bukhari, yang dikenal sebagai ulama besar perawi hadis Nabi Muhammad SAW.
"Awalnya banyak yang menentang, bahkan lokasi makam nyaris terlupakan. Namun, Bung Karno dengan tegas berkata, Kalaupun harus naik kereta api sendiri, saya akan tetap pergi," ujarnya.