Suara.com - Program besutan Dedi Mulyadi mengenai pendidikan karakter ala militer bagi pelajar bermasalah sudah dilaksanakan sejak Kamis (1/5/2025). Program ini sendiri menyasar anak-anak yang sudah mengarah tindakan kriminal dan orang tuanya tidak punya kesanggupan untuk mendidik.
Pendidikan ala militer untuk para siswa tersebut dilakukan di dua tempat, yaitu di Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi di Bandung dan Markas Resimen Artileri Medan 1 Kostrad di Purwakarta.
Hingga saat ini, program itu sendiri menuai kontroversi dari berbagai pihak. Namun, Dedi Mulyadi tampaknya memiliki pertimbangan, salah satunya adalah ketidakmampuan para orang tua untuk mendidik anaknya.
Baru-baru ini, Gubernur Jawa Barat itu mengunggah video singkat yang memperlihatkan kegiatan para murid di barak militer. Sebagaimana diketahui, Dedi Mulyadi memang rajin membuat konten kesehariannya dan diunggah di berbagai platform media sosial.
Melalui akun TikTok resmi miliknya @dedimulyadiofficial, ia memamerkan suasana di salah satu lokasi, yaitu Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi.
"Beginilah penampakan kehidupan siswa binaan Dodik Rindam 3 Siliwangi," tulis Dedi Mulyadi dalam keterangan pada video berdurasi enam menit tersebut.
Rekaman itu sendiri merekam sejumlah kegiatan yang dilakukan oleh para siswa, mulai dari bangun tidur seperti merapikan tempat tidur sendiri, shalat berjamaah, olahraga pagi bersama, sarapan, belajar baris berbaris, hingga pembekalan psikologis.
Meski dijadikan sebagai bahan konten, namun unggahan itu membuat Dedi Mulyadi menuai banyak pujian dari warganet. Tak sedikit publik yang menilai jika program pendidikan karakter ala militer yang dicanangkan Dedi Mulyadi ini merupakan contoh yang bagus.
Bahkan beberapa warganet turut menyinggung Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Sebagaimana yang diketahui, KPAI sendiri menilai jika pendidikan ala militer ini seharusnya menjadi opsi terakhir, bukan langkah utama.
Baca Juga: Pendidikan Karakter ala Militer di Jawa Barat: Solusi atau Masalah Baru?
Oleh karena itu, pihak KPAI mengatakan akan mengawasi langsung pelaksanaan program pendidikan karakter ala militer untuk anak-anak yang bermasalah.
Di sisi lain, warganet juga memuji cara Dedi Mulyadi menjadikan pelaksanaan program ini sebagai konten. Pasalnya, Dedi Mulyadi tidak menayangkan satu pun wajah para pelajar yang tergabung dalam program tersebut, sehingga masih melindungi privasi anak-anak.
"Yang belum paham kenapa wajah anak-anaknya ini tidak diperlihatkan karena mereka dilindungi hak privasinya dan mereka di bawah umur dan masya Allahnya Kang Dedi mengerti itu. Sekaligus ini sangat bagus jadi kita fokus dengan kegiatan tidak di muka apalagi anak-anak ini adalah anak yang sedang dalam perbaikan, baik akhlak maupun dan lain-lain," komentar @abi.******
"Memang tidak menjamin keluar dari sini akan menjadi baik, paling tidak apa yang telah dilakukan oleh Kang Dedi Mulyadi lebih mulia daripada Komnas HAM dan KPAI yang tidak melakukan apa-apa," tambah @ata****
"Adakah kekerasan dalam video ini wahai KPAI dan Komnas HAM? Overthinking amat jadi instansi," sahut @fahri_********
"Videonya full anak-anak nggak kelihatan mukanya, cuma fokus menunjukkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sana," timpal @shin**********
"Walaupun saya bukan orang Jawa Barat, kalau kegiatan ini dilakukan seluruh daerah di Indonesia pasti akan menciptakan generasi bangsa yang sangat bagus," tulis @ria*
Dalam keterangan yang berbeda, Dedi Mulyadi juga memberikan pengakuan bahwa murid-murid yang mengikuti program tersebut terlihat bahagia. Pasalnya, tak ada tekanan di dalam sana karena para pelajar mendapatkan istirahat yang cukup dan asupan gizi yang cukup.
Anggaran yang digunakan untuk membiayai program itu sendiri diambil dari dana operasional dirinya dan para kepala daerah di wilayah Jawa Barat.