Setelah dinyatakan aman, kemudian dilakukan peledakan di dua sumur tersebut untuk pemusnahan amunisi afkir.
"Dan peledakan di dua sumur ini berjalan dengan sempurna dalam kondisi aman," kata Wahyu.
Ledakan Tiba-tiba di Satu Sumur
Adapun peristiwa ledakan yang kemudian mengakibatkan 13 orang tewas tersebut terjadi di sumur ketiga. Wahyu bilang, ledakan terjadi saat tim TNI AD tengah menyusun detonator yang akan dimusnahkan.
Sumur ketiga tersebut di luar dua sumur yang sebelumnya digunakan.
"Sedangkan di luar dua sumur ini disiapkan satu lubang yang peruntukannya adalah untuk menghancurkan detonator yang selesai digunakan dalam penghancuran dua sumur sebelumnya, termasuk sisa detonator yang ada berkaitan dengan munisi afkir tersebut," terang Wahyu.
Tetapi nahas, ledakan terjadi secara mendadak saat tim penyusun masih menyusun detonator di dalam sumur ketiga.
"Saat tim penyusun amunisi menyusun detonator di dalam lubang tersebut secara tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia," kata Wahyu.
Komisi I DPR Duga Ada Kesalahan Predisi Peledakan Amunisi Kadaluarsa
![Mayor Henderal TNI Purnawirawan Tubagus Hasanuddin, mantan ajudan mendiang Presiden ketiga BJ Habibie, menceritakan kisah hidup almarhum dengan sang istri, Ainun. [Suara.com/Ummi Hadyah Saleh]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/09/12/69340-mayor-henderal-tni-purnawirawan-tubagus-hasanuddin.jpg)
Anggota Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin mengatakan bahwa amunisi yang diledakkan adalah amunisi kadaluarsa, yang secara teknis sudah tidak stabil.
"Amunisi kadaluarsa itu tidak semuanya akan meledak serentak ketika diledakkan. Ada yang meledak langsung, tapi ada juga yang meledak belakangan karena sifatnya yang tidak lagi normal," jelasnya.
Baca Juga: Ledakan Amunisi Expired di Garut Telan 13 Nyawa, Keponakan Prabowo ke TNI: Perlu Audit Menyeluruh!
Peledakan pertama sebenarnya dirancang untuk menghancurkan seluruh amunisi, dan petugas meyakini bahwa semua telah hancur.
Namun, karena sifat amunisi kadaluarsa yang tidak sepenuhnya bisa diprediksi, terjadi ledakan susulan yang menyebabkan korban jiwa.
"Ini akibat dari kesalahan prediksi petugas. Dikiranya satu ledakan cukup, ternyata ada amunisi yang meledak belakangan dan menimbulkan korban," tambahnya.
Nantinya, TB Hasanuddin menegaskan pentingnya menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran berharga untuk menyempurnakan prosedur peledakan amunisi, terutama yang bersifat kadaluarsa, agar kejadian serupa tidak terulang.