JK juga menekankan bahwa penerapan ekonomi Islam tidak perlu dipersulit, tetapi juga tidak boleh disederhanakan secara berlebihan.
Menurutnya, yang terpenting adalah pelaksanaan nilai-nilai dasar yang tidak bertentangan dengan prinsip keadilan dan kemanusiaan.
“Ekonomi Islam itu sebenarnya mudah. Tapi jangan dimudah-mudahkan. Dan kalau dianggap berat, jangan diberat-beratkan. Kita laksanakan saja hal-hal yang memang tidak dilarang,” ucap JK disambut tepuk tangan peserta muktamar.
Dalam pidatonya, JK juga menyinggung soal riba yang kerap menjadi perdebatan di tengah umat Islam.
Menurutnya, yang perlu diperhatikan adalah esensi dari riba itu sendiri, yakni adanya unsur ketidakadilan dalam transaksi pinjam meminjam yang membebani pihak peminjam.
“Misalnya, jika bunga pinjaman mencapai 20 persen atau lebih, itu tentu sudah memberatkan dan bisa masuk kategori dzalim. Tapi kalau dalam program Kredit Usaha Rakyat (KUR) bunga hanya 6 sampai 7 persen, saya kira itu masih rasional dan tidak membebani masyarakat,” terang mantan Wakil Presiden dua periode itu.
Ia menambahkan, tidak ada sistem ekonomi yang bisa berjalan dengan baik jika bunga yang dikenakan terlalu tinggi.
Oleh karena itu, penting untuk menciptakan sistem pembiayaan yang adil dan tidak menyulitkan pelaku usaha kecil dan menengah.
“Lagian tidak ada ekonomi yang jalan kalau bunga terlalu tinggi,” tambahnya menegaskan.
Baca Juga: Kemenag Karanganyar Borong Juara dalam Ajang Penyuluh Agama Islam Award Jateng 2025
JK menutup sambutannya dengan mengingatkan bahwa ekonomi Islam pada dasarnya merupakan bagian dari muamalah, atau interaksi sosial yang menjadi sunnah Rasulullah.