Meski terdapat perbedaan pendapat mengenai syarat keberangkatan, sebagian besar ulama sepakat bahwa haji wanita tanpa mahram tetap sah secara hukum syar’i.
Pendapat ini disampaikan oleh Sayyid Sabiq dan diperkuat oleh pandangan ulama besar seperti Ibnu Taimiyah.
Ibnu Taimiyah menyatakan, seorang wanita yang berhaji tanpa mahram, atau seseorang yang memaksakan diri berhaji meski tidak mampu secara finansial, tetap sah hajinya.
Hal ini menunjukkan bahwa keabsahan ibadah tidak selalu terikat pada kehadiran mahram, selama syarat dan rukun haji lainnya terpenuhi.
Melihat dinamika pendapat ulama serta panduan resmi dari Kemenag RI, wanita yang ingin berhaji tanpa suami atau mahram bisa melakukannya selama dalam kondisi aman dan mengikuti mekanisme resmi.
Meski begitu, kehadiran mahram tetap menjadi pilihan utama dalam menjaga syariat dan keamanan.
Dengan semakin baiknya sistem pelayanan haji oleh pemerintah, termasuk pengawasan terhadap jamaah wanita, wanita haji tanpa mahram bukan lagi hal yang mustahil selama mengikuti aturan yang ditetapkan.