"Hari ini kami akan menurunkan semua tim KLH, khusus ke KBN. Nanti minggu depan ke kawasan industri yang lain. Jadi setiap minggu kita akan bergeser untuk melakukan mapping dan memberikan arahan pengurangan emisi gas buang kita," ujar Hanif.
Menurutnya, upaya ini memang tidak akan langsung memperbaiki kualitas udara secara drastis, tetapi akan berdampak signifikan dalam jangka panjang jika dilakukan secara konsisten. Dalam waktu 3–4 hari, tim ditargetkan bisa menyusun rumusan awal mengenai titik mana saja yang memiliki kontribusi besar terhadap pencemaran udara maupun air.
Langkah ini juga akan menyasar kawasan industri lain di wilayah Jabodetabek, yang menjadi prioritas karena padatnya jumlah penduduk dan permukiman.
“Dengan populasi lebih dari 30 juta jiwa, penurunan kualitas lingkungan di Jabodetabek akan berdampak sangat besar bagi masyarakat,” ujar Hanif.
Upaya KLHK ini tidak berdiri sendiri. Sistem peringatan dini juga akan didukung oleh media sosial dan aplikasi digital lokal agar informasi lebih cepat sampai ke publik. Selain itu, protokol tanggap darurat seperti pemberlakuan work from home (WFH), penghentian aktivitas luar ruang di sekolah, penyediaan masker, dan ruang bersih di fasilitas umum juga akan disiapkan.
Langkah-langkah ini merupakan bagian dari peta jalan mitigasi pencemaran udara nasional 2025–2030. Jika berhasil, sistem ini akan dijadikan model awal yang bisa direplikasi di kota-kota besar lain seperti Surabaya, Bandung, Semarang, dan Medan.
KLHK juga tengah bersiap menghadapi potensi kebakaran lahan, yang turut menyumbang polusi udara. Pengawasan ketat diterapkan di titik-titik rawan, terutama di wilayah Sumatera dan Kalimantan.