Selain itu, kupon atau imbal hasilnya lebih tinggi dibanding deposito bank, dengan tenor yang beragam.
Pembelian SBN juga kini lebih mudah dilakukan secara online melalui mitra distribusi resmi.
Dengan berinvestasi pada SBN, selain memperoleh imbal hasil yang menarik, Anda juga ikut berpartisipasi membiayai pembangunan nasional.
Cocok bagi investor yang mencari stabilitas di tengah ketidakpastian ekonomi.
4. Saham Blue Chip Defensif: Tetap Bertahan di Masa Sulit
Memang, pasar saham rentan terhadap gejolak ekonomi. Namun, tidak semua saham akan terdampak secara merata.
Saham-saham dari sektor yang bersifat defensif, seperti konsumer (makanan dan minuman), kesehatan, dan utilitas, cenderung tetap stabil meskipun ekonomi sedang melambat.
Perusahaan seperti Indofood, Unilever, Kalbe Farma, atau Perusahaan Gas Negara adalah contoh emiten blue chip yang memiliki fundamental kuat, pangsa pasar luas, dan tetap menghasilkan keuntungan meski ekonomi lesu.
Investasi di saham tetap memiliki risiko, tapi bagi investor yang memahami analisis fundamental dan siap untuk investasi jangka panjang, saham defensif bisa menjadi pilihan menarik.
Baca Juga: Profil Nicholas Nyoto Prasetyo Dononagoro, Ketua Koperasi BLN Dugaan Investasi Bodong
5. Properti Sewa: Pendapatan Pasif di Tengah Stagnasi
Meski sektor properti bisa melambat saat ekonomi lesu, properti yang disewakan masih tetap bisa menghasilkan pendapatan pasif.
Contohnya adalah rumah kontrakan, kost-kostan, atau apartemen yang disewakan untuk jangka pendek.
Di era digital, tren seperti sewa harian lewat platform seperti Airbnb juga bisa menjadi solusi baru.
Selama lokasi properti strategis dan permintaan tetap ada, investasi ini tetap bisa menguntungkan.
Namun, modal awal investasi properti relatif besar dan kurang likuid. Oleh karena itu, properti cocok bagi investor dengan dana lebih dan bersedia bermain di jangka panjang.