Ia menyatakan kesiapannya untuk menghadapi segala risiko, bahkan "kehilangan nyawa", dalam menyuarakan kebenaran dan melawan penyimpangan. Perjuangannya, kata Said Didu, adalah untuk negara, dan ia akan mendukung jika negara berada di jalan yang benar.
Said Didu mengakhiri pandangannya dengan menyampaikan harapan dan ketakutan terbesarnya terhadap Indonesia. Ia berharap Prabowo menjadi "presiden yang mandiri dan bebas dari pengaruh apa pun" untuk mewujudkan visi dan misinya.
Namun, ketakutan terbesarnya adalah "hilangnya idealisme, patriotisme, dan nasionalisme," serta "pembungkaman suara kebenaran". Ia juga mengkhawatirkan "pembajakan politik dan aparat oleh oligarki", sebuah ancaman serius terhadap kedaulatan dan keadilan.
Diskusi antara Deddy Corbuzier dan Said Didu ini secara tidak langsung menjadi pembelajaran bagi publik. Seperti yang diungkapkan, pertemuan ini menunjukkan bahwa "perbedaan pendapat tidak harus berujung pada permusuhan pribadi".
Diskusi yang keras, menurut Said Didu, justru "penting untuk menemukan solusi terbaik bagi bangsa". Deddy Corbuzier sendiri ingin menunjukkan bahwa berada di dalam pemerintahan tidak berarti tidak bisa mengundang oposisi atau membatasi kebebasan berbicara, sebuah pesan penting bagi kematangan demokrasi.