Deddy Corbuzier Bongkar Rahasia Pertahanan: Ini Alasan Indonesia Kekurangan Tentara!

Kamis, 03 Juli 2025 | 08:48 WIB
Deddy Corbuzier Bongkar Rahasia Pertahanan: Ini Alasan Indonesia Kekurangan Tentara!
Staf Khusus Kementrian Pertahanan, Deddy Corbuzier. [YouTube/Samuel Christ]

Suara.com - Nama Deddy Corbuzier tak henti menjadi perbincangan, bukan hanya di panggung hiburan dan dunia podcast yang telah membesarkan namanya, tapi kini juga di ranah pertahanan negara.

Sebagai Staf Khusus Menteri Pertahanan, perannya membawa perspektif baru dalam pembahasan isu-isu vital. Baru-baru ini, dalam sebuah sesi podcast YouTube Samuel Christ yang menarik perhatian publik.

Deddy menguraikan secara rinci fokus dan tantangan yang ia hadapi dalam posisinya tersebut.

Pernyataan-pernyataannya menyoroti tidak hanya pentingnya kedaulatan, tetapi juga realitas kompleks di balik layar pertahanan sebuah negara besar seperti Indonesia.

Deddy Corbuzier menjelaskan bahwa inti dari tugasnya adalah pemikiran strategis yang menyeluruh demi menjaga kedaulatan negara.

Ia menekankan bahwa konsep kedaulatan tidak hanya terbatas pada batas wilayah, melainkan merentang hingga aspek fundamental seperti ketahanan pangan.

"Peran saya melibatkan pemikiran strategis tentang kedaulatan negara, termasuk ketahanan pangan," ungkap Deddy dikutip pada Kamis (3/7/2025).

Peran penting Sabrina Chairunnisa dalam keputusan Deddy Corbuzier jadi Stafsus. (Instagram)
Peran penting Sabrina Chairunnisa dalam keputusan Deddy Corbuzier jadi Stafsus. (Instagram)

Pernyataan ini menggarisbawahi pemahaman bahwa ketahanan sebuah bangsa sangat bergantung pada kemampuannya untuk secara mandiri memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya, menjadikannya pilar penting dari pertahanan non-militer.

Ini menunjukkan adanya pandangan yang holistik dalam pendekatan pertahanan, tidak hanya fokus pada kekuatan senjata, tetapi juga pada pondasi ekonomi dan sosial.

Baca Juga: Spesifikasi Gahar 2 Mobil Deddy Corbuzier yang Harta Kekayaannya Nyaris Tembus Rp 1 Triliun

Lebih jauh, Deddy juga menyoroti kemampuan Indonesia dalam pengembangan persenjataannya sendiri.

"Saya menyoroti kemampuan Indonesia untuk mengembangkan persenjataannya sendiri," katanya.

Pernyataan ini mungkin merujuk pada upaya kemandirian industri pertahanan dalam negeri yang selama ini terus digalakkan pemerintah.

Ini adalah langkah krusial untuk mengurangi ketergantungan pada negara lain dalam pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista), sekaligus mendorong inovasi dan teknologi lokal.

Kemandirian dalam produksi alutsista tidak hanya memperkuat kapasitas pertahanan, tetapi juga memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di sektor strategis.

Aspek lain yang tak kalah penting, menurut Deddy, adalah kondisi terkini jumlah prajurit di Indonesia. Ia secara terbuka mengungkapkan bahwa saat ini terdapat kekurangan tentara.

"Saya menunjukkan kekurangan tentara saat ini di Indonesia," jelas Deddy.

Pengakuan ini membuka diskusi tentang tantangan demografi dan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memadai untuk menjaga keamanan dan pertahanan negara kepulauan terbesar di dunia ini.

Rudal Starstreak milik TNI.
Rudal Starstreak milik TNI.

Kekurangan prajurit bisa menjadi isu serius dalam menghadapi berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri, mulai dari terorisme, separatisme, hingga potensi konflik regional. Oleh karena itu, strategi rekrutmen dan pelatihan prajurit menjadi sangat vital.

Deddy Corbuzier tidak hanya menunjukkan masalah, tetapi juga menyoroti pentingnya solusi. Ia menekankan bahwa pertahanan yang kuat adalah prasyarat mutlak untuk terciptanya negara yang damai.

"Pentingnya pertahanan yang kuat untuk negara yang damai," tegasnya.

Pernyataan ini sejalan dengan doktrin pertahanan yang universal, di mana kesiapan militer yang tangguh seringkali menjadi penangkal terbaik terhadap agresi.

Sebuah negara yang kuat secara militer cenderung dihormati dan tidak mudah diintimidasi, sehingga meminimalisir potensi konflik bersenjata.

Namun, penguatan kapasitas militer tentu saja tidak lepas dari pertimbangan finansial. Deddy menjelaskan bahwa biaya pelatihan tentara sangat besar, dan ini menjadi salah satu faktor pembatas dalam menambah jumlah prajurit.

"Saya menjelaskan bahwa biaya pelatihan tentara sangat besar, yang menjadi faktor terbatasnya jumlah tentara," pungkas Deddy.

Latihan taruna Akmil. (Dok. TNI AD)
Latihan taruna Akmil. (Dok. TNI AD)

Pernyataan ini memberikan gambaran realistis tentang tantangan anggaran yang dihadapi oleh sektor pertahanan. Pelatihan prajurit modern tidak hanya membutuhkan biaya untuk akomodasi dan seragam, tetapi juga investasi besar pada peralatan canggih, teknologi simulasi, dan instruktur berkualitas.

Mengingat alokasi anggaran negara yang terbatas dan harus dibagi untuk berbagai sektor pembangunan, menyeimbangkan kebutuhan pertahanan dengan prioritas lain menjadi tugas yang kompleks bagi pemerintah.

Melalui pernyataannya, Deddy Corbuzier tidak hanya membagikan wawasan dari balik meja pertahanan, tetapi juga mengajak masyarakat untuk lebih memahami kompleksitas isu-isu nasional.

Perannya sebagai Staf Khusus Menteri Pertahanan membuktikan bahwa kontribusi bagi negara dapat datang dari berbagai latar belakang, membawa perspektif segar untuk tantangan-tantangan yang terus berkembang. Diskusi yang ia picu ini diharapkan dapat mendorong kesadaran publik yang lebih luas tentang pentingnya pertahanan yang kokoh dan berkelanjutan bagi masa depan Indonesia.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI