Suara.com - Di antara nama-nama calon duta besar yang beredar, terselip satu sosok yang mungkin tidak setiap hari menghiasi tajuk berita nasional.
Namun perannya menyentuh langsung jutaan rakyat Indonesia. Dialah Yusron Bahauddin Ambary, Konsul Jenderal (Konjen) RI di Jeddah.
Disebut akan mengemban amanah baru sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Uni Emirat Arab (UEA) yang berkedudukan di Abu Dhabi.
Pergeseran ini lebih dari sekadar rotasi jabatan. Ini adalah sebuah narasi tentang evolusi seorang diplomat: dari "panglima" di medan pelayanan konsuler tersibuk di dunia.
Menuju garda depan diplomasi ekonomi dan investasi di salah satu pusat modal paling berpengaruh di Timur Tengah.
Bagi Anda yang ingin melihat wajah diplomasi modern, kisah Yusron Ambary adalah potret nyata.
Bagaimana keahlian manajerial di lapangan bisa menjadi kunci untuk membuka peluang strategis di tingkat negara.
Jejak Yusron di Jeddah
Menjabat sebagai Konjen di Jeddah, Arab Saudi, berarti memimpin salah satu perwakilan RI dengan beban kerja paling ekstrem di dunia.
Baca Juga: Jadi Duta Besar RI untuk Singapura? Ini Jejak Karier Sangar Hotmangaradja Pandjaitan
Jeddah bukan sekadar kota; ia adalah gerbang utama menuju dua kota suci, Makkah dan Madinah.
Setiap tahunnya, Konjen Jeddah menjadi komandan operasi raksasa yang memastikan kelancaran ibadah haji dan umrah bagi jutaan warga Indonesia.
Di bawah kepemimpinan Yusron Ambary, KJRI Jeddah adalah pusat syaraf yang bekerja 24/7.
Bayangkan tantangannya mengelola logistik, akomodasi, dan transportasi untuk ratusan ribu jemaah haji dalam satu waktu.
Belum lagi menangani jutaan jemaah umrah yang datang sepanjang tahun, serta memberikan perlindungan bagi ribuan WNI dan Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang tinggal dan bekerja di wilayah akreditasinya.
Peran ini menuntut ketenangan di bawah tekanan, kemampuan manajerial yang presisi, serta seni berdiplomasi dengan otoritas lokal yang sangat beragam.
Yusron, alumni University of Indonesia (Master's degree International Relations) dan Institut Ilmu Sosial dan llmu Politik Jakarta (Public Relations, Advertising, and Applied Communication).
Adalah wajah negara yang hadir saat jemaah sakit, tersesat, atau menghadapi masalah hukum.
Keberhasilan penyelenggaraan haji yang relatif lancar dalam beberapa tahun terakhir adalah testimoni dari kerja senyap namun efektif yang dipimpinnya.
One Way Ticket to Yemen
Salah satu penugasan paling menegangkan yang pernah Yusron jalani adalah masuk ke Yaman saat perang tengah berkecamuk. Demi satu misi—mengevakuasi WNI yang terjebak di sana.
"Saya menyebutnya One Way Ticket to Yemen, karena memang seperti itulah kenyataannya. Kami masuk tanpa jaminan bisa keluar lagi," tulis Yusron di akun media sosialnya.
Tim yang dia pimpin terdiri dari empat orang dari unsur Kemlu dan tiga dari Polri. Empat orang masuk langsung ke Yaman, sementara empat lainnya standby di Salalah, Oman, untuk menyiapkan kepulangan ke Tanah Air.
Selama di Tarim, mereka mendapat bantuan luar biasa dari mahasiswa relawan PPMI Tarim dan PPMI Mukalla.
"Alhamdulillah, misi berjalan lancar. Lebih dari 1.000 WNI berhasil dievakuasi dari Tarim dan Mukalla, termasuk beberapa warga negara asing. Sebuah pengalaman yang tak akan pernah saya lupakan—antara nyawa, amanah, dan kemanusiaan."
Jejak karier ini membentuknya menjadi seorang "Arabis"—sebutan untuk diplomat yang memiliki keahlian khusus tentang dunia Arab.
Pemahamannya yang mendalam terhadap nuansa lokal, bahasa, dan cara berbisnis di Timur Tengah adalah aset yang tidak bisa dipelajari dari buku.
Ini adalah modal sosial dan kultural yang sangat berharga yang akan ia bawa ke pos barunya.
Level Up ke Abu Dhabi: Misi Ekonomi dan Investasi Strategis
Jika Jeddah adalah tentang pelayanan dan perlindungan, maka Abu Dhabi adalah tentang peluang dan investasi.
Penunjukan Yusron ke Abu Dhabi menandakan sebuah kepercayaan besar untuk "naik kelas" dari diplomasi konsuler ke diplomasi ekonomi tingkat tinggi.
Uni Emirat Arab, dengan ibu kotanya Abu Dhabi, telah menjelma menjadi mitra investasi paling strategis bagi Indonesia dalam satu dekade terakhir.
Aliran modal dari UEA mengalir deras ke berbagai proyek vital di tanah air, termasuk melalui Indonesia Investment Authority (INA), dana abadi negara.
UEA juga merupakan mitra kunci dalam proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).
Tugas Yusron di Abu Dhabi akan sangat berbeda. Ia akan dituntut untuk:
- Mengawal Investasi Raksasa: Memastikan komitmen investasi yang sudah ada berjalan lancar dan proaktif menjajaki peluang-peluang baru.
- Membuka Akses Pasar: Mendorong ekspor produk-produk unggulan Indonesia, termasuk dari sektor industri halal, ke pasar UEA yang kaya.
- Diplomasi Energi dan Teknologi: Menjajaki kerja sama di bidang energi terbarukan dan transisi energi, sejalan dengan visi kedua negara.
- Memperkuat Hubungan Politik: Menjaga hubungan hangat antara kedua pemimpin negara yang telah terjalin sangat erat.
Kemampuannya mengelola operasi kompleks di Jeddah memberinya kredibilitas sebagai seorang manajer ulung yang mampu mengeksekusi rencana besar.
Pengalamannya sebagai Arabis memberinya kunci untuk membuka pintu-pintu yang mungkin tertutup bagi orang lain.
Sosok Yusron Bahauddin Ambary adalah bukti bahwa diplomat andal dibentuk oleh tempaan di berbagai medan.
Jika benar dilantik menjadi Dubes di Abu Dhabi, perjalanannya dari Jeddah ke Abu Dhabi adalah sebuah langkah strategis.
Menempatkan orang yang tepat dengan pemahaman kultural dan manajerial yang mendalam. Untuk mengamankan kepentingan ekonomi Indonesia di salah satu negara paling dinamis di dunia.