Lula menyoroti situasi global yang menurutnya tengah menghadapi krisis multilateralisme.
"Pada 26 Juni lalu, PBB genap berusia 80 tahun, tetapi kita justru menyaksikan keruntuhan multilateralisme yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Lula.
Lula menjelaskan bahwa didirikannya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menandakan kekalahan fasisme dan menjadi simbol harapan kolektif dunia.
Ia sekaligus mengingatkan bahwa sebagian besar negara anggota BRICS saat ini adalah pendiri PBB.
"Sepuluh tahun setelah PBB berdiri, Konferensi Bandung menolak pembagian dunia dalam zona pengaruh dan memperjuangkan tatanan internasional yang multipolar," ujar Lula.
Menutup pernyataannya, Lula menegaskan kembali posisi BRICS dalam peta global.
"BRICS adalah pewaris gerakan non-blok," katanya.
Diketahui, Indonesia telah menjadi anggota penuh BRICS sejak 1 Januari 2025.
KTT BRICS 2025 menjadi wadah bagi para pemimpin BRICS untuk membahas sejumlah isu politik dan keamanan global, seperti konflik yang berkepanjangan di berbagai kawasan, reformasi tata kelola global, dan penguatan multilateralisme.
Baca Juga: Debut di BRICS, Prabowo Kuatkan Posisi Indonesia di Kancah Global
Selain itu, para pemimpin BRICS akan mengangkat berbagai permasalahan dan peluang kerja sama ekonomi dan keuangan serta isu-isu lainnya seperti tata kelola artificial intelligence, lingkungan dan aksi iklim, serta kesehatan global.