Beda Sikap dengan Dedi Mulyadi, Wali Kota Bandung Tak Larang Study Tour, Asal..

Hairul Alwan Suara.Com
Senin, 21 Juli 2025 | 21:00 WIB
Beda Sikap dengan Dedi Mulyadi, Wali Kota Bandung Tak Larang Study Tour, Asal..
Berbeda dengan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan tak melarang study tour. [ANTARA/Rubby Jovan]

Suara.com - Di saat Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui kebijakan yang dibuat Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi melarang kegiatan study tour ke luar daerah, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan mengambil sikap yang berseberangan.

Wali Kota Bandung menyatakan tidak akan ikut melarang study tour seperti aturan yang dikeluarkan Dedi Mulyadi dan memberikan 'lampu hijau' bagi sekolah untuk tetap menyelenggarakannya.

Bukan hanya di dalam Kota Bandung, Provinsi Jabar, Farhan bahkan membolehkan hingga ke luar provinsi Jawa Barat, dengan satu syarat krusial yang tak bisa ditawar: kegiatan tersebut sama sekali tidak boleh memengaruhi nilai akademik siswa.

Sikap "melawan arus" ini menjadi sorotan, mengingat Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, sebelumnya telah menerbitkan surat edaran larangan.

Kebijakan gubernur didasari oleh banyaknya keluhan orang tua yang merasa terbebani secara finansial, bahkan hingga harus berutang demi membiayai anak mereka mengikuti kegiatan tersebut.

Namun, Pemkot Bandung memilih pendekatan yang lebih fleksibel, dengan fokus pada esensi kegiatan dan perlindungan siswa dari tekanan akademik.

Syarat Utama: Bebas dari Intervensi Nilai Akademik

Bagi Wali Kota Muhammad Farhan, kunci dari izin ini terletak pada pemisahan yang tegas antara kegiatan non-formal seperti study tour dengan penilaian formal di rapor.

Selama syarat ini dipenuhi, ia tidak melihat ada alasan untuk melarang siswa untru study tour.

Baca Juga: Hersubeno Arief Sebut Dedi Mulyadi 'Buang Badan', KDM Balas Menohok

“Selama study tour tidak memengaruhi nilai akademik siswa, ya silakan saja. Tidak ada masalah,” katanya di Bandung, Senin.

Farhan menekankan bahwa ia tidak ingin study tour menjadi alat tekanan, baik secara sosial maupun akademik.

Ia khawatir jika kegiatan ini dikaitkan dengan nilai, akan timbul paksaan terselubung bagi siswa untuk ikut serta demi mengamankan nilai atau menghindari sanksi absensi.

“Yang penting, jangan sampai siswa merasa dipaksa ikut agar nilainya aman, atau takut dianggap absen. Ini soal memperluas wawasan, bukan kompetisi akademik,” kata Farhan.

Menurutnya, study tour pada dasarnya adalah bagian dari pembelajaran nonformal yang bisa sangat bermanfaat untuk memperluas wawasan siswa, asalkan direncanakan dengan matang dan diawasi secara ketat oleh pihak sekolah.

“Kegiatan seperti ini bisa menjadi sarana pembelajaran yang bermakna, asal tidak disalahgunakan dan tetap dikendalikan,” ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI