Siapa PWI-LS? Benarkah Ormas Penantang FPI & Hegemoni Nasab Ba'Alawi

Tasmalinda Suara.Com
Kamis, 24 Juli 2025 | 18:11 WIB
Siapa PWI-LS? Benarkah Ormas Penantang FPI & Hegemoni Nasab Ba'Alawi
bentrok PWI-LS dan FPI di Pemalang, Jawa Tengah [media sosial]

Suara.com - Bentrok di Pemalang, Jawa Tengah menyorot satu nama organisasi masyarakat atau ormas yang sempat asing di telinga publik.

Namanya PWI-LS. Siapakah mereka sebenarnya? Bagaimana identitas, ideologi, dan figur kunci di balik ormas yang berani secara frontal menantang FPI sekaligus isu nasab Ba'Alawi?

Peristiwa berdarah di Pemalang, Jawa Tengah, bukan hanya tentang FPI atau Habib Rizieq Shihab namun menjadi panggung perkenalan bagi Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS), sebuah kekuatan baru dalam lanskap ormas Islam di Indonesia.

Kemunculan mereka yang konfrontatif memaksa publik bertanya: siapa sebenarnya PWI-LS dan apa yang mendorong gerakan radikal mereka melawan narasi nasab Ba'Alawi?

Melansir sejumlah sumber, PWI-LS dideklarasikan di Cilacap pada 6 Oktober 2023.

Meski masih seumur jagung, fondasi ideologisnya diletakkan oleh para kiai dan tokoh Nahdliyin yang resah.

DNA gerakan mereka terangkum dalam dua misi utama yakni menjaga ajaran Islam Walisongo dan membentengi NKRI atau dari apa yang mereka sebut "kelompok radikal transnasional" dan "doktrin yang tidak benar" terkait nasab.

Ketua Umum PWI-LS, KH Abbas Billy Yachsy, atau Gus Abbas dari Ponpes Buntet Cirebon, secara eksplisit menyatakan bahwa gerakan Ba'Alawi yang dianggap ekstrem menjadi salah satu kekhawatiran utama mereka.

Bagi PWI-LS, ini bukan sekadar debat silsilah, melainkan pertarungan eksistensial untuk menjaga marwah Islam Nusantara.

Baca Juga: Korban dari PWI-LS Lebih Banyak, Siapakah Dalang di Balik Bentrokan Acara Habib Rizieq di Pemalang?

Pemicu utama gerakan PWI-LS adalah tesis kontroversial dari KH Imaduddin Utsman al-Bantani.

Penelitiannya yang menyimpulkan terputusnya sanad nasab Ba'Alawi kepada Nabi Muhammad SAW menjadi amunisi intelektual bagi kelompok ini.

Mereka meyakini bahwa klaim nasab harus dibuktikan secara ilmiah dan historis, bukan hanya berdasarkan pengakuan turun-temurun atau dikenal syuhrah wal istifadhah.

Dominasi narasi nasab Ba'Alawi berpotensi menciptakan kasta dalam Islam sehingga mengikis ajaran egaliter Walisongo.

Selain itu keistimewaan yang dilekatkan pada gelar "Habib" dianggap tidak sejalan dengan prinsip kesetaraan dalam Islam.

Sikap inilah yang membuat mereka melihat kehadiran figur sentral seperti Habib Rizieq Shihab sebagai ancaman ideologis yang harus dilawan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI