Suara.com - Di balik citra ramah sebagai surga pariwisata, Thailand dan Kamboja ternyata menyimpan sebuah 'bom waktu' yang bisa meledak kapan saja. Akar masalahnya adalah sengketa atas sebuah kuil kuno di perbatasan yang telah memicu pertumpahan darah dan mengancam stabilitas kawasan.
Meski tensi saat ini mereda, bara dalam sekam konflik Kuil Preah Vihear tak pernah benar-benar padam. Lantas, apa sebenarnya yang membuat dua negara tetangga ini rela berperang demi sebuah bangunan batu?
Berikut adalah 5 fakta panas di balik sengketa berdarah ini:
1. Akar Masalah: Kuil di Ujung Tebing
Pusat dari semua masalah ini adalah Kuil Preah Vihear, sebuah kompleks candi Hindu kuno yang didedikasikan untuk Dewa Siwa. Kuil ini berdiri megah di puncak tebing setinggi 525 meter di Pegunungan Dângrêk, yang secara alami menjadi perbatasan antara Thailand dan Kamboja.
Karena lokasinya yang strategis dan nilai sejarahnya yang tak ternilai (diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO), kedua negara sama-sama mengklaim sebagai pemilik sah kuil tersebut.
2. Putusan Mahkamah Internasional yang 'Setengah Hati'
Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag mengeluarkan putusan yang krusial. Berdasarkan bukti-bukti yang ada, ICJ memutuskan bahwa Kuil Preah Vihear secara sah adalah milik Kamboja.
Namun, putusan itu ternyata 'setengah hati'. Mahkamah tidak secara tegas menentukan demarkasi atau garis batas di area sekitar kuil, menyisakan lahan seluas 4,6 kilometer persegi dalam status sengketa hingga hari ini.
3. Peta Buatan Prancis Jadi Biang Kerok
Baca Juga: WNI di Thailand dan Kamboja Aman? Ini Update Terkini dari Kemlu!
Mengapa Mahkamah Internasional memenangkan Kamboja? Kuncinya ada pada sebuah peta buatan Prancis pada awal abad ke-20 saat Kamboja masih menjadi protektorat Prancis.
Peta tersebut menggambarkan kuil berada di dalam wilayah Kamboja. Thailand hingga kini menolak peta tersebut, mengklaimnya tidak akurat dan dibuat secara sepihak oleh kolonial Prancis.
Namun, bagi ICJ, fakta bahwa Thailand tidak pernah memprotes peta tersebut selama puluhan tahun dianggap sebagai bentuk penerimaan.
4. Bukan Sekadar Tanah, Ini Soal Harga Diri Bangsa
Konflik ini telah mendarah daging menjadi isu nasionalisme dan harga diri di kedua negara. Bagi Kamboja, kuil ini adalah simbol kejayaan Kerajaan Khmer kuno.
Sementara bagi Thailand, mengalah berarti kehilangan sebagian dari warisan sejarah mereka. Pengamat Hubungan Internasional, Dr. Rahmat Hidayat, menilai isu ini sangat rawan dieksploitasi.