Inilah Edi Sound, Bapak Horeg Indonesia yang Karyanya Jadi Kontroversi

Tasmalinda Suara.Com
Jum'at, 25 Juli 2025 | 21:06 WIB
Inilah Edi Sound, Bapak Horeg Indonesia yang Karyanya Jadi Kontroversi
thomas alva edi sound

Suara.com - Di setiap sudut media sosial dan YouTube, sebuah fenomena audio dahsyat telah mengguncang jutaan layar gawai di Indonesia.

Video-video dramatis yang menampilkan genteng rumah berjatuhan, air di bak mandi beriak hebat, dan kerumunan massa yang bergetar serempak. Itulah sound horeg.

Namun, di balik getaran viral yang kini menjadi subkultur masif, ada satu nama yang disebut sebagai sang pelopor, seorang inovator jenius yang dijuluki "Thomas Alva Edisound dari Jawa Timur".

Sosok itu adalah Edi Purnomo, atau yang lebih dikenal dengan nama panggung legendarisnya, Edi Sound.

Dari sebuah bengkel sederhana di Ngawi, pria ini bukanlah sekadar pengusaha sound system biasa.

Ia adalah seorang maestro yang berhasil mengubah total lanskap hiburan hajatan, dari sekadar pengeras suara menjadi sebuah atraksi audio yang spektakuler dan memacu adrenalin.

Perjalanan Edi Sound bukanlah sebuah kisah sukses instan.

Ia merintis usahanya dari nol pada tahun 2003, dengan modal bisnis yang tak berbeda dari ratusan penyedia jasa lainnya: menyewakan sound system standar untuk acara-acara kampung.

Namun, hasrat dan visinya yang tajam tak pernah puas dengan kualitas audio yang "begitu-begitu saja".

Baca Juga: Berapa Biaya Membuat Sound Horeg? Setara Rumah Mewah, Ini Rincian Harga Kelas Hajatan hingga Sultan

Didorong oleh keinginan untuk menciptakan sesuatu yang benar-benar berbeda dan tak terlupakan, Edi mulai menghabiskan waktu berjam-jam di bengkelnya.

Ia tidak hanya ingin suaranya kencang, ia mencari sebuah karakter yang khas.

"Awalnya sewa sound system biasa, lalu saya berinovasi menciptakan sound horeg yang berbeda dari yang lain," ungkap Edi Purnomo dalam sebuah wawancara.

Inovasi revolusionernya berfokus pada penguatan frekuensi bass yang sangat rendah (subwoofer).

Tujuannya bukan lagi sekadar menghasilkan suara, melainkan menciptakan gelombang kejut yakni berupa dentuman yang tidak hanya bisa didengar oleh telinga, tetapi juga bisa "dirasakan" getarannya oleh seluruh tubuh.

Hasilnya adalah sebuah mahakarya audio yang mampu menggetarkan tanah, bangunan, dan siapa saja yang berdiri dalam radius puluhan meter darinya.

Istilah 'horeg' sendiri berasal dari kosakata bahasa Jawa yang berarti 'bergoyang atau bergetar hebat'.

Nama ini secara sempurna menangkap esensi dari sensasi fisik yang diciptakan oleh sound system rakitan Edi. Namun, dampaknya jauh lebih besar dari sekadar penamaan.

Berkat dedikasinya yang tanpa kompromi pada kualitas dan kekuatan audio, nama Edi Sound dengan cepat menjadi jaminan mutu.

Rakitannya menjadi standar emas, memicu lahirnya sebuah subkultur baru yang kini dikenal sebagai "battle sound" atau adu kencang sound system.

Dalam ajang ini, para pemilik sound system dari berbagai daerah berkumpul untuk "berperang", mengadu kekuatan rakitan mereka di hadapan ribuan penonton yang fanatik.

Edi Sound, dengan inovasinya, kini dianggap sebagai legenda hidup. Ia bukan hanya membangun sebuah bisnis, tetapi secara tidak langsung telah meletakkan fondasi bagi sebuah gerakan budaya baru yang menjamur di berbagai daerah, mengubah wajah hiburan rakyat di Jawa Timur dan menyebar ke seluruh Indonesia.

Kisah Edi Sound adalah bukti nyata bagaimana kreativitas, kerja keras, dan inovasi yang lahir dari sebuah garasi sederhana di daerah mampu menjadi tren nasional yang viral.

Ia menunjukkan bahwa untuk menciptakan dampak besar, seseorang tidak perlu berada di ibu kota.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI