3 Fakta Ganjil di Balik Serangan Rumah Doa Umat Kristen Padang yang Tak Terungkap

Tasmalinda Suara.Com
Senin, 28 Juli 2025 | 21:59 WIB
3 Fakta Ganjil di Balik Serangan Rumah Doa Umat Kristen Padang yang Tak Terungkap
rumah doa umat kristen di Padang diserang massa.

Suara.com - Narasi resmi "miskomunikasi" terdengar terlalu sederhana untuk sebuah tragedi yang membuat anak-anak terluka akibat pukulan kayu.

Saat kepolisian memburu pelaku lapangan, sejumlah fakta ganjil dari detik-detik sebelum serangan rumah doa umat kristen, justru mengarah pada pertanyaan yang lebih gelap: apakah insiden ini benar-benar spontan?

Berikut adalah tiga kejanggalan besar yang menuntut penyelidikan lebih dari sekadar menangkap para pengeroyok di lapangan.

1. Skenario "Pengamanan" Janggal oleh Aparat Lokal

Ini adalah titik paling krusial. Menurut Pendeta F. Dachi, sebelum amuk massa pecah, ia justru "diamankan" oleh RT dan Lurah.

"Mereka memanggil saya dan membawa saya ke belakang. Salah satu diantara mereka menyatakan untuk bubarkan dan hentikan kegiatan," ungkapnya.

Tindakan ini memunculkan kecurigaan besar. Alih-alih menjadi penengah, mereka justru seolah memberi jalan bagi massa untuk menyerang saat figur pemimpin jemaat tidak berada di lokasi.

Ini bukan mediasi, ini terasa seperti sebuah skenario.

2. Serangan Terorganisir, Bukan Amuk Spontan

Baca Juga: 5 Misteri Terbesar Gunung Padang yang Siap Dibongkar Tim Arkeolog Nasional

Miskomunikasi tidak membuat orang datang membawa persenjataan.

Massa yang menyerang datang dengan persiapan: membawa kayu, batu, bahkan dilaporkan ada yang membawa pisau.

Mereka tahu apa yang harus dirusak dan siapa yang harus diintimidasi. Pola serangan yang sistematis ini membantah teori bahwa ini adalah ledakan emosi warga yang spontan.

Ini adalah aksi terencana yang didalangi oleh pihak yang tahu betul bagaimana memprovokasi dan mengeksekusi.

3. Lumpuhnya Sistem Peringatan Dini

Serangan massa tidak terjadi dalam ruang hampa.

Pasti ada riak-riak sebelumnya—rapat warga, hasutan di grup WhatsApp, atau mobilisasi tersembunyi.

Di mana peran intelijen dasar dari aparat terdepan seperti Babinsa dan Bhabinkamtibmas? Kelumpuhan total sistem peringatan dini ini adalah kejanggalan terbesar.

Apakah aparat benar-benar tidak tahu, tidak mampu, atau ada unsur pembiaran agar insiden ini terjadi sebagai "pemberi pelajaran"?

Bagaimana menurut kalian?

Tulis di kolom komentar

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI