Penyerangan Rumah Doa di Padang: 4 Pelajaran Pahit Intoleransi yang Tak Boleh Diabaikan

Tasmalinda Suara.Com
Senin, 28 Juli 2025 | 22:23 WIB
Penyerangan Rumah Doa di Padang: 4 Pelajaran Pahit Intoleransi yang Tak Boleh Diabaikan
Massa merusak rumah doa umat kristen di Padang, Sumatera Barat

Suara.com - Di balik berita penyerangan rumah doa di Padang, Sumatera Barat (Sumbar), ada luka yang lebih dalam dari sekadar bangunan yang rusak dan korban fisik.

Insiden ini adalah cermin retak yang memantulkan wajah toleransi kita yang rapuh.

Jika kita tidak belajar, tragedi ini hanya akan menjadi angka dalam statistik kelam.

Berikut adalah empat pelajaran pahit yang harus menjadi bahan introspeksi dari peristiwa yang menjadi sorotan publik ini:

1. 'Miskomunikasi' Adalah Eufemisme Berbahaya untuk Intoleransi

Menyebut kekerasan sebagai "miskomunikasi" adalah upaya menormalkan kebencian.

Ini meremehkan penderitaan korban dan melindungi pelaku dari label sesungguhnya: kaum intoleran.

Selama kita terus menggunakan kata ini, kita tidak akan pernah sampai ke akar masalah, yaitu ketidakmampuan sebagian kelompok untuk menerima keberadaan "yang lain".

2. Anak-Anak Menjadi Korban Terakhir dari Kebencian

Baca Juga: 3 Fakta Ganjil di Balik Serangan Rumah Doa Umat Kristen Padang yang Tak Terungkap

Saat orang dewasa berkonflik atas nama keyakinan, anak-anaklah yang menanggung akibat paling kejam. Mereka tidak tahu apa-apa tentang izin bangunan atau sengketa teologis.

Mereka hanya tahu rasa sakit dipukul kayu dan teror melihat orang-orang yang mereka percaya diserang. Tragedi Padang adalah pengingat paling brutal bahwa kebencian selalu memangsa kepolosan.

3. Diam Bukan Lagi Emas, Ia Adalah Persetujuan

Kasus seperti ini seringkali terjadi karena mayoritas yang baik memilih diam.

Mereka merasa tidak terlibat, padahal diamnya mereka adalah ruang hampa yang diisi oleh kaum minoritas yang bising dan beringas.

Pelajaran dari Padang adalah, tidak cukup hanya menjadi orang yang tidak intoleran. Kita harus menjadi anti-intoleran—berani bersuara dan melawan saat melihat ketidakadilan terjadi di sekitar kita.

4. Hukum yang Hanya Tajam Setelah Kejadian Itu Gagal

Penangkapan pelaku setelah insiden viral adalah langkah yang wajib, tetapi itu adalah tanda kegagalan pencegahan.

Di mana negara saat potensi konflik mulai memanas? Hukum seharusnya berfungsi sebagai perisai yang mencegah kekerasan, bukan hanya sebagai pedang yang menghukum setelah korban berjatuhan. Ini adalah kritik keras bagi aparat keamanan di tingkat paling bawah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI