Suara.com - Gempa yang mengguncang Rusia berkekuatan M 8,7 membuat gelombang tsunami melintasi Samudera Pasifik hingga mencapai pesisir utara Pupua, Indonesia.
Masyarakat di Kabupaten Biak Numfor dan Supiori kini berada dalam status siaga tinggi setelah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan resmi mengenai potensi tsunami.
Ancaman ini merupakan dampak lanjutan dari gempa bumi kolosal berkekuatan magnitudo 8,7 yang mengguncang Semenanjung Kamchatka, Rusia, pada Rabu pagi, 30 Juli 2025.
Pusat gempa yang memicu kewaspadaan global ini terletak di lepas pantai timur Kamchatka, sebuah wilayah yang dikenal sebagai salah satu titik paling aktif di Cincin Api Pasifik.
Gempa terjadi pada pukul 06:24:50 WIB di koordinat 52,51° Lintang Utara dan 160,26° Bujur Timur, dengan kedalaman dangkal hanya 18 kilometer.
![Alaska 1964 Good Friday earthquake and tsunami damage. [NOAA via unsplash]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/30/35811-ilustrasi-tsunami.jpg)
Energi masif yang dilepaskan dari pergeseran lempeng tektonik di dasar laut inilah yang membangkitkan gelombang tsunami, yang kini dalam perjalanan melintasi lautan menuju berbagai wilayah, termasuk Indonesia.
Menanggapi ancaman tersebut, Stasiun BMKG Biak Numfor bergerak cepat. Kepala Stasiun, Djoko, mengonfirmasi bahwa imbauan waspada telah disebarluaskan.
"Informasi ini sudah kami sampaikan kepada Pemkab Supiori dan Pemkab Biak Numfor melalui kepala BPBD setempat untuk diteruskan ke masyarakat supaya tetap tenang dan menghindari pantai," ujarnya di Biak.
Secara spesifik, BMKG memperkirakan gelombang setinggi hingga 0,5 meter akan mencapai perairan Biak dan Supiori sekitar pukul 16.21 WIT (14.21 WIB).
Baca Juga: Sejumlah Orang Dipastikan Terluka, Berapa Jumlah Korban Gempa Rusia?
Meskipun ketinggian tersebut tidak tergolong masif, BMKG menekankan pentingnya kewaspadaan karena karakter gelombang tsunami yang bisa datang dalam bentuk arus kuat dan merusak.
"BMKG terus melaporkan informasi kepada warga Biak dan Supiori supaya terus waspada serta menghindari dari kegiatan di pinggir laut," tambah Djoko.
Di lapangan, suasana di pesisir Biak menunjukkan respons yang terbelah. Hingga Rabu siang pukul 12.30 WIT, sebagian warga terlihat tetap menjalankan aktivitas mereka seperti biasa di sekitar pantai, seolah tak terpengaruh oleh peringatan yang beredar.

Namun, sebagian lainnya memilih untuk tidak mengambil risiko dan telah bergerak mencari tempat yang lebih aman di dataran tinggi, menciptakan kontras antara ketenangan dan kewaspadaan.
Seluruh mata kini tertuju pada pergerakan permukaan laut, sementara pemerintah daerah dan BMKG terus memantau situasi, mendesak warga untuk hanya merujuk pada informasi resmi dari kanal BMKG.go.id demi menghindari misinformasi di tengah detik-detik penantian yang menegangkan.