Kabar penghapusan mural ini meledak di media sosial. Komunitas "Nakama" Indonesia meluapkan kekecewaan mereka dengan sindiran-sindiran cerdas dan tajam.
"Sragen mendadak jadi markas Angkatan Laut, simbol Yonko (Kaisar Lautan) langsung diberantas," cuit seorang pengguna di platform X.
Sindiran ini sangat mengena. Dalam cerita "One Piece", Angkatan Laut (Marines) adalah pihak yang memburu para bajak laut seperti Shirohige.
Reaksi ini adalah bentuk perlawanan digital terhadap apa yang mereka anggap sebagai tindakan represif yang gagal paham.
Banyak yang membandingkan bagaimana aparat begitu sigap menghapus mural, namun seringkali abai terhadap isu-isu krusial seperti korupsi—tema yang justru dilawan habis-habisan oleh para protagonis di "One Piece".
Insiden Sragen menjadi cermin besar bagi Indonesia.
Dialog dan pemahaman lintas generasi kini bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Sebab, kemerdekaan sejati adalah ketika setiap anak bangsa merasa bebas merayakannya dengan cara mereka sendiri.
Apakah tindakan aparat ini berlebihan?
Atau ini bukti nyata negara gagal memahami cara anak muda berekspresi? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar.