Prabowo Megawati Bersatu, Hersubeno Arief: Jokowi Tinggal Menghitung Hari

Rabu, 06 Agustus 2025 | 15:12 WIB
Prabowo Megawati Bersatu, Hersubeno Arief: Jokowi Tinggal Menghitung Hari
Jurnalis Senior, Hersubeno Arief (Tangkap Layar Youtube)

Suara.com - Jurnalis Senior, Hersubeno Arief menyebut bahwa kini Dinasti Politik Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) tinggal menghitung hari.

Dinasti politik yang sudah dibangun sejak 2019 oleh Jokowi itu menurut Arief akan berakhir lantaran mendapat pukulan keras dari Presiden Prabowo Subianto.

Pasalnya, Prabowo baru saja memberikan Amnesti kepada Hasto Kristiyanto dan Abolisi kepada Tom Lembong.

Momen pemberian Amnesti kepada Hasto itu membuat Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarno Putri berbalik memberikan dukungan terhadap pemerintahan Prabowo.

“Usai Pemberian Amnesti dan Abolisi terhadap Tom Lembong dan Hasto Kristiyanto ini mulai membuka sedikit – sedikit. Khusus soal Amnesti terhadap Hasto ada serangkaian komunikasi yang intensif antara Istana Presiden dan Kediaman Pribadi Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarno Putri,” urai Arief, dikutip dari youtubenya, Rabu (6/8/25).

“Puncaknya di Kongres PDIP Di Nusa Dua Bali dan kemudian pernyataan dukungan PDIP terhadap pemerintahan Prabowo,” tambahnya.

Dalam Kongres PDIP yang digelar di Nusa Dua Bali, Megawati menyatakan bahwa PDIP tidak jadi oposisi.

Menurut Arief, hal ini menjadi Tarik ulur hubungan segitiga antara Prabowo dengan Megawati dan Jokowi.

“Ketua Umum DPP PDIP Megawati juga menegaskan bahwa PDIP Tidak jadi oposisi. Megawati sekarang sangat powerfull, selain menjadi Ketua Umum dia juga merangkap menjadi Sekretaris Jenderal Partai,” ujarnya.

Baca Juga: Silfester Loyalis Jokowi Koar-koar Sudah Dimaafkan JK, Mahfud MD: Tak Ada Damai di Hukum Pidana!

“Satu hal yang pasti ini Tarik ulur antara hubungan segitiga, Jokowi, Prabowo, Mega saat ini mulai relasinya tergambar dengan jelas,” imbuhnya.

Arief menyebut bahwa kini Prabowo dan Megawati secara otomatis menyatu kembali.

Menyatunya dua tokoh politik tersebut seolah menjadi tamparan bagi Jokowi.

“Prabowo Megawati sekarang menyatu kembali,” ungkap Arief.

“Sementara bagaimana dengan Jokowi dan nasib dinastinya? Ini yang saya kira, kita harus menyatakan bahwa dia tinggal menghitung hari,” imbuhnya.

Dalam relasinya yang sudah dibangun sedemikian rupa, kini menurut Arief Jokowi sudah dalam keadaan lemah.

“Yang menarik adalah bagaimana sekarang dengan posisi Joko Widodo? Dalam relasi yang sekarang ini, posisi Joko Widodo itu melemah,” ujarnya.

“Tapi dia (Jokowi) masih punya banyak loyalisnya di kabinet maupun Lembaga – Lembaga pemerintahan lainnya,” tambahnya.

Arief mengatakan apabila nantinya PDIP masuk dalam kabinet maka akan semakin memperkuat Prabowo.

“Bila PDIP masuk kabinet, maka sesungguhnya hal itu akan memperkuat Prabowo dengan konsekuensi reshuffle orang - orangnya Jokowi. Karena nggak ada tempat ini kalau tidak direshufle,” ucapnya.

“Tapi tidak semudah itu juga melakukan reshuffle, ini soal representasi partai,” tambahnya.

Arief menyebut bergabungnya Megawati dan Prabowo membuat Jokowi yang awalnya bertenaga dan menggebu-gebu, kini berusaha mencari jalan lain agar tetap berdiri tegak.

“Yang jelas bahwa Jokowi memang tidak sepower full sebelumnya,” ungkapnya.

“Amnesti dan Abolisi adalah pukulan telak bagi Jokowi,” sambungnya.

Prabowo Bebaskan Hasto dan Tom Lembong

Presiden Prabowo Subianto memberikan Amnesti kepada Hasto Kristiyanto dan Abolisi kepada Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong sebagai Upaya untuk merajut persatuan nasional menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke – 80.

DPR RI telah menyetujui surat Prabowo terkait pemberian amnesti dan abolisi terhadap Hasto dan Tom Lembong.

Menteri Hukum (Menkum), Supratman Andi Agtas mengungkapkan alasan Prabowo memberikan pembebasan tersebut.

Prabowo memiliki keinginan agar semua elemen politik bersama-sama membangun bangsa Indonesia.

“Presiden tidak sama sekali mencampuri urusan proses hukum, tetapi presiden mempunyai pertimbangan bagaimana seluruh kekuatan politik bisa bersama membangun republik ini, apalagi akan merayakan 80 tahun Indonesia Merdeka,” terang Supratman.

“80 tahun Indonesia Merdeka, kita mempunyai cita-cita untuk meraih Indonesia emas tahun 2045 dengan tantangan global yang luar biasa, maka dibutuhkan kebesaran hati dan kebersamaan,” tambahnya.

Kontributor : Kanita

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI