Suara.com - Di era konektivitas tanpa batas, definisi hadir untuk pasangan telah mengalami evolusi ekstrem.
Jika dulu bertukar pesan sudah cukup, kini panggilan video call selama berjam-jam menjadi standar baru bagi sebagian pasangan untuk membuktikan komitmen.
Fenomena ini pernah dilakukan oleh aktor Jefri Nichol yang secara fenomenal demi menjaga api asmaranya dengan sang kekasih, Ameera Khan.
Lewat layar ponsel mereka melakukan video call selama 48 jam non-stop, bahkan saat menjadi bintang tamu di sebuah podcast.
Namun, kini kebucinan level Nichol tampaknya telah turun ke akar rumput, dengan manifestasi yang lebih absurd dan menggelitik.
Baru-baru ini, jagat maya dihebohkan oleh sebuah video yang menunjukkan level baru dari komitmen digital ini.
Seorang wanita membagikan momen saat kekasihnya memintanya untuk menemaninya bermain sepak bola melalui video call.
Bukan hanya duduk di bangku cadangan, sang pria terlihat aktif berlari mengejar bola di lapangan, dengan satu tangan tetap kokoh memegang ponsel yang layarnya terus menyala, menampilkan wajah sang kekasih.
"POV: Pacaran sama dia setenang itu. Bahkan main bola pun minta ditemenin VC," tulis sang wanita dalam keterangan videonya.
Baca Juga: Kakak Pacar Jefri Nichol, Noor Nabila yang Dikecam Usai Ejek El Rumi Ternyata Mantan Engku Emran
Baginya, aksi ini adalah simbol ketenangan dan transparansi, sebuah bukti bahwa sang kekasih tidak memiliki apapun untuk disembunyikan.
Jika Jefri Nichol menjadikan video call maraton sebagai jembatan untuk hubungannya yang terpisahkan jarak antara Indonesia dan Malaysia, kasus pasangan ini membuka dimensi perdebatan yang berbeda.
Nichol melakukannya dalam situasi yang relatif pasif, di mana ia bisa tetap terhubung secara virtual tanpa mengganggu aktivitas utamanya.

Sebaliknya, pria di lapangan bola ini membawa kehadiran digital sang pacar ke dalam aktivitas fisik yang menuntut fokus, koordinasi, dan interaksi tim.
Sontak, aksi ini membelah warganet. Alih-alih melihatnya sebagai gestur romantis, banyak yang menganggapnya sebagai sesuatu yang berlebihan dan tidak praktis.
"Ribet banget," komentar seorang warganet, singkat namun padat.
Kritik yang lebih tajam pun bermunculan, mempertanyakan esensi dari sebuah hubungan yang sehat.
"Maaf Mba, apa tidak ada pekerjaan lain? Bisa 24 jam VCan? Kadang yang berlebihan itu kurang baik," tulis seorang pengguna media sosial.
Komentar ini diamini oleh yang lain, "Hubungan yang tenang itu, bukan yang bisa vcall 24 jam, tapi yang tetap bisa melanjutkan aktivitasnya masing-masing tanpa curiga satu sama lain."
Fenomena ini, baik yang dicontohkan oleh Jefri Nichol maupun oleh pasangan di lapangan bola, menandai sebuah pergeseran budaya dalam berpacaran.
Di satu sisi, ini bisa dilihat sebagai puncak dari intimasi digital. Namun di sisi lain, ini memicu pertanyaan krusial, di mana batas antara komitmen dan obsesi?
Antara transparansi dan kurangnya ruang pribadi? Apakah layar yang terus menyala ini adalah tanda cinta sejati, atau justru sinyal dari hubungan yang rapuh dan dilandasi rasa curiga?