Suara.com - Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf angkat bicara soal kasus kematian balita Raya di Sukabumi akibat tubuhnya dipenuhi cacing.
Menurutnya, kasus ini bisa jadi pembelajaran untuk benar-benar menyisir warga yang membutuhkan perlindungan.
"Jadi ini satu pembelajaran buat kita semua untuk supaya benar-benar bisa menyisir warga-warga kita yang memang memerlukan perlindungan dan jaminan sosial," kata pria yang akrab disapa Gus Ipul tersebut.
Lebih lanjut, Gus Ipul pun menyebut pihaknya sudah turun tangan untuk melakukan asesmen.
"Kementerian Sosial juga sudah turun untuk melakukan asesmen, dan sekarang kakaknya atau adiknya itu ya, orang tuanya, kakaknya atau adiknya sedang dalam asesmen," sambungnya.
![Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dalam Sosialisasi Program Persiapan Sekolah Rakyat yang digelar secara daring, Jakarta, Minggu (27/7/2025). [Suara.com/Lilis]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/28/11242-menteri-sosial-saifullah-yusuf-gus-ipul.jpg)
Gus Ipul menerangkan, asesmen itu dilakukan agar keluarga Raya bisa dipindahkan ke sentra yang dikelola oleh Kemensos. Ia memastikan keluarga Raya akan didampingi di sana.
"Nanti akan dimasukkan ke sentra kita yang ada di Sukabumi," ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, ia pun membantah Dinas Sosial Sukabumi terlambat mengatasi kasus Raya.
Sebab, identitas Raya sempat dikabarkan tidak tercatat dalam Dinas Sosial lantaran tidak memiliki data administrasi kependudukan, yang menyebabkan dirinya juga tidak mendapatkan fasilitas BPJS.
Baca Juga: Balita di Sukabumi Meninggal karena Cacingan, Menko PMK Praktikno Pilih Bungkam: Saya Ngantuk
Maka dari itu, menurut Gus Ipul, penanganan kasus Raya mengingatkan pentingnya data kependudukan bagi warga.
"Sebenarnya tidak ada keterlambatan ini adalah salah satu hal yang menjadi bagian dari strategi Presiden untuk konsolidasi data. Jadi pendataan ini menjadi sangat penting karena banyak sekali warga kita ini yang belum terdata, baik itu lewat Dukcapil maupun tentu lewat data tunggal sosial ekonomi nasional," katanya.
Tanggapan Menkes Budi soal Kasus Raya

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga menyoroti kasus balita bernama Raya yang meninggal dengan banyak cacing di dalam tubuhnya.
Dalam wawancaranya, Budi mengklaim jika kematian tersebut bukan disebabkan cacingan, karena penyakit cacing dipastikan tak menyebabkan kematian.
Budi menyebut kasus kematian itu diduga kuat disebabkan karena infeksi.
"Cacingan tidak menyebabkan kematian. Jadi, yang kemarin kematiannya itu bukan karena cacingan. Kematiannya karena infeksi," papar Budi.
Budi pun menegaskan jika infeksi berat yang menyebabkan sepsis pada Raya diduga dipicu oleh penyakit yang telah diderita selama berbulan-bulan, seperti batuk berdahak berkepanjangan.
Budi pun menyebut kemungkinan diagnosis awal Raya mengarah pada meningitis atau tuberkulosis (TBC).
"Selama 3 bulan, dia (Raya) batuk berdahak tanpa henti, tubuhnya melemah, sehingga bakteri menyebar ke seluruh tubuh. Itu yang disebut sepsis," ujar Budi.
Mengambil pelajaran dari kejadian ini, Budi minta masyarakat yang mengalami sakit untuk memanfaatkan fasilitas pemeriksaan kesehatan gratis dari pemerintah. Budi tidiak ingin, kejadian serupa tak terulang.
"Untuk itu kita memastikan dicek kesehatan gratis ini, kan nanti lagi jalan nih, TBC, cacing itu nanti kita cek. Sehingga kalau ketahuan lebih dini, harusnya nggak kejadian seperti itu, ini kan sudah sangat terlambat," pesan Budi.
"Kita ingin memastikan bahwa di cek kesehatan gratis, ini Pak Prabowo ingin agar 280 juta itu cek kesehatan gratis karena infeksi. Kalau itu ketahuan lebih dini, harusnya nggak usah sampai meninggal kan," pungkasnya.
Sebelumnya, kematian Raya mendapat sorotan publik. Balita yang tinggal di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, itu diketahui tinggal bersama ibu dengan gangguan jiwa dan ayahnya yang juga menderita TBC.
Raya ditemukan tim pegiat sosial dalam kondisi kritis dan sempat dibawa ke rumah sakit pada 13 Juli 2025. Selama perawatan, dari tubuhnya dikeluarkan cacing hidup hingga seberat 1 kilogram.
Bahkan hasil CT scan menunjukkan cacing dan telurnya sudah menyebar ke otak. Dia akhirnya meninggal pada 22 Juli 2025.
Kontributor : Anistya Yustika