Di Balik Papan 'Bensin Habis' Ada Kabar Getir Pegawai SPBU Swasta yang Takut Dirumahkan

Kamis, 18 September 2025 | 16:09 WIB
Di Balik Papan 'Bensin Habis' Ada Kabar Getir Pegawai SPBU Swasta yang Takut Dirumahkan
Salah satu SPBU swasta terlihat sepi karena kelangkaan distribusi bbm. Kondisi ini menyebabkan kekhawatiran karyawannya yang terancam dirumahkan. [Suara.com/Yaumal]
Baca 10 detik
  • Sejumlah SPBU swasta di Jakarta, alami kelangkaan kehabisan stok bensin.
  • Aktivitas pengisian bahan bakar nyaris lumpuh, hanya diesel tersisa.
  • Para pegawai SPBU dihantui rasa khawatir akan dirumahkan.

Suara.com - Pemandangan tak biasa dalam beberapa waktu belakangan terlihat di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta yang berada di sejumlah titik wilayah Jakarta. 

Antrean kendaraan lenyap, deretan pompa bensin sunyi, dan para petugas kini diliputi kecemasan yang sama, takut dirumahkan akibat kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) yang semakin parah.

Kejanggalan itu memutuskan saya untuk melihat langsung kondisi ini, menyusuri beberapa SPBU di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. 

Tujuan pertama, SPBU Shell di Lapangan Ros di Kawasan Tebet, Jakarta Selatan (Jaksel). 

Suasananya seperti SPBU 'zombie'—nyaris tanpa kehidupan. Aktivitas hanya terlihat di minimarket dan bengkel, sementara area pengisian bahan bakar kosong melompong.

Meski begitu, beberapa pengendara motor masih mencoba peruntungan. 

"Habis, Pak," kata seorang petugas sambil menyilangkan lengannya. 

Sebuah gestur yang sepertinya sudah menjadi refleks dalam beberapa hari terakhir.

Papan informasi di pintu masuk mengonfirmasi kondisi tersebut. 

Baca Juga: Pertamina Patra Niaga Regional JBB Raih 63 Penghargaan di Ajang ENSIA 2025

Dari empat produk utama, hanya V-Power Diesel yang masih tersedia. Produk favorit seperti Super, V-Power, dan V-Power Nitro+ sudah lama kosong.

Tak hanya di situ, perjalanan dilanjutkan ke SPBU Shell di Jalan Prof DR Soepomo. 

Situasinya pun terasa identik. Bahkan, kelangkaan sudah terjadi sejak seminggu lalu. 

Lagi-lagi, yang ramai hanya area bengkel, minimarket, dan beberapa tenant makanan. Pompa bensinnya sepi.

Pemandangan serupa juga ditemukan di SPBU British Petroleum (BP AKR) di Jalan Minangkabau, Manggarai. 

Dari tiga produk yang mereka tawarkan, hanya BP Ultimate Diesel yang tersisa. BP 92 dan BP Ultimate sudah tidak tersedia sejak beberapa hari lalu.

Di tengah kesenyapan ini, perbincangan dengan beberapa petugas tercurah. Mereka mengaku sejauh ini masih bekerja sesuai jadwal. 

Suasana lengang terlihat di salah satu SPBU Swasta di Jakarta, Kamis (18/9/2025). [Suara.com/Yaumal]
Suasana lengang terlihat di salah satu SPBU Swasta di Jakarta, Kamis (18/9/2025). [Suara.com/Yaumal]

"Karena kita kerja bukan cuma pengisian bahan bakar doang kan. Kita juga bersih-bersih dan lainnya," ujar salah satu dari mereka, mencoba terdengar optimis.

Namun, di balik itu, ada kekhawatiran yang tak bisa disembunyikan. 

Isu yang viral di media sosial tentang pegawai SPBU swasta yang dirumahkan jelas menghantui mereka.

"Belum ada (informasi dirumahkan), jangan sampai ya," kata petugas lainnya dengan nada penuh harap.

Mereka kini hidup dalam ketidakpastian, menunggu pasokan BBM datang sebelum nasib mereka ditentukan.

Kekhawatiran mereka tersebut, bermula dari kebijakan pengguliran kebijakan baru terkait impor bahan bakar minyak (BBM). 

Skema yang sedang diberlakukan, yakni sistem impor satu pintu, di mana PT Pertamina (Persero) akan menjadi pihak utama yang ditunjuk untuk melaksanakan impor.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menjelaskan, alasan utama penunjukan Pertamina adalah karena statusnya sebagai perusahaan milik negara yang merepresentasikan kepentingan nasional. 

Menurutnya, kebijakan ini juga ditujukan untuk menjaga kedaulatan energi, agar pasokan dalam negeri tidak sepenuhnya bergantung pada mekanisme pasar maupun pihak asing.

“Pertamina itu representasi negara. Tetapi yang lainnya (SPBU swasta) kita kasih. Kita kan tidak mau cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak ini semuanya diserahkan kepada teori pasar. Nanti ada apa-apa gimana,” ujar Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (17/9/2025).

Bahlil menambahkan, selama ini SPBU swasta sebenarnya sudah mendapat kesempatan untuk melakukan impor BBM. 

Bahkan, pada tahun 2024, kuota impor mereka sempat ditambah hingga 10 persen. 

Namun, jika kuota yang ada masih dirasa kurang, pemerintah mendorong SPBU swasta untuk bekerja sama dengan Pertamina demi memastikan ketersediaan pasokan energi tetap aman.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai kebijakan tersebut justru menjadi blunder.

Sebab, tata kelola sektor hilir migas yang semula diliberalisasi akan ditarik kembali ke sistem regulated alias dikendalikan pemerintah.

Ia menjelaskan bahwa salah satu daya tarik perusahaan asing mau menanamkan modal di bisnis SPBU selama ini ialah mekanisme liberal. 

Mereka bebas mendirikan SPBU di berbagai wilayah, bebas melakukan impor sesuai kuota yang ditetapkan, sekaligus bebas menentukan harga jual BBM ke konsumen berdasarkan mekanisme pasar.

Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia. [SUara.com/Bagaskara]
Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia. [Suara.com/Bagaskara]

"Margin SPBU Asing akan semakin kecil, bahkan pada saatnya SPBU Asing akan merugi. Dengan kerugian yang berkelanjutan, tidak menutup kemungkinan SPBU Asing akan tumbang hingga menutup SPBU."

"Pada saat seluruh SPBU Asing hengkang dari Indonesia, pada saat itulah tata kelola migas hilir dimonopoli oleh Pertamina," jelasnya.

Dampaknya bukan hanya soal monopoli Pertamina, tapi juga menyangkut iklim investasi. Jika SPBU asing berguguran, investor lain bisa ragu menanamkan modal di sektor-sektor non-migas.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI