- Tim SAR Gabungan secara resmi menghentikan pencarian manual setelah drone thermal dan alat deteksi lainnya
- Dengan persetujuan keluarga korban, operasi evakuasi kini memasuki fase pengangkatan puing menggunakan lima crane dan alat berat lainnya
- Data per 3 Oktober 2025 menunjukkan 9 santri meninggal dunia dan 54 lainnya masih dalam pencarian
Suara.com - Harapan untuk menemukan korban selamat dari balik reruntuhan mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, telah pupus. Tim SAR Gabungan secara resmi mengumumkan tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan yang terdeteksi di lokasi tragedi, memaksa operasi penyelamatan beralih ke fase pengangkatan puing menggunakan alat berat.
Keputusan pahit ini diambil setelah upaya maksimal pencarian manual dan penggunaan teknologi canggih tidak membuahkan hasil. Korban terakhir yang berhasil dievakuasi dalam kondisi selamat ditemukan pada Rabu (1/10/2025) malam. Setelah itu, deteksi menggunakan drone thermal menunjukkan hasil nihil.
“Secara ilmu pengetahuan itu tidak lagi ditemukan tanda-tanda kehidupan. Kami memberi waktu dari sore (kemarin sampai) tadi pagi,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, dikutip Kamis (2/10/2025).
Sebelumnya, sejak Rabu malam, petugas telah melakukan sterilisasi area untuk meminimalisir kebisingan, berharap alat pendeteksi dapat menangkap suara sekecil apa pun dari korban yang mungkin masih hidup di bawah puing.[1] Namun, penantian itu berakhir tanpa hasil.
“Tetapi ternyata sampai tadi pagi tidak ada (tanda kehidupan), akhirnya tim gabungan memutuskan untuk masuk ke tahap selanjutnya,” kata Suharyanto.
Dengan berat hati dan setelah berdiskusi dengan pihak keluarga korban, tim gabungan memutuskan untuk mengerahkan lima unit crane dan alat berat lainnya. Fase evakuasi kini berubah dari penyelamatan menjadi pengangkatan reruntuhan, sebuah langkah yang berisiko tinggi namun harus diambil.
“Tahap evakuasi pencarian dengan menggunakan alat berat tentu saja risikonya tidak mempertimbangkan lagi apabila ada yang masih selamat,” jelas Suharyanto.
Pihak keluarga korban, meski diliputi duka mendalam, dilaporkan telah memberikan persetujuan dan mengikhlaskan langkah ini.
“Ada beberapa langsung sedih, tapi tidak ada satu pun keluarga yang meminta kami melanjutkan pencarian terhadap korban yang hidup. Jadi mereka memutuskan agar kami mengevakuasi menggunakan alat berat,” terangnya.
Baca Juga: Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Tragedi yang terjadi pada Senin (29/9/2025) sore saat ratusan santri tengah salat Ashar berjamaah ini diduga kuat disebabkan oleh kegagalan konstruksi.
Bangunan yang awalnya dirancang satu lantai, dikembangkan menjadi beberapa lantai tanpa perencanaan teknis yang memadai, sehingga tidak mampu menahan beban.
Jumlah Korban Bertambah
Hingga Jumat (3/10/2025), data sementara dari BNPB mencatat jumlah korban terdampak mencapai 166 orang. Dari jumlah tersebut, 111 orang telah ditemukan, dengan rincian 9 orang meninggal dunia, 14 orang dirawat inap, dan 89 orang telah dipulangkan. Sementara itu, 54 orang lainnya masih dalam status pencarian di antara tumpukan material bangunan.
“Potensi penemuan jenazah akan ada lagi. Nanti akan kita sampaikan ke depannya,” ungkap Suharyanto dalam keterangannya kepada media.
BNPB terus memberikan dukungan penuh dalam operasi ini, mengirimkan ratusan kantong jenazah, APD, serta mengerahkan puluhan alat berat dan ambulans untuk mempercepat proses evakuasi dan pembersihan lokasi.