-
Bencana ambruknya Ponpes Al Khoziny di Sidoarjo telah menewaskan sembilan korban dan menyisakan 54 orang dalam pencarian, memicu pertanyaan publik tentang kelaikan dan standar keamanan pembangunan.
-
Sorotan publik, didukung foto-foto viral, menyoroti dimensi kolom penyangga di lantai dasar yang tampak ramping dan tidak proporsional untuk menopang beban vertikal setelah penambahan lantai secara agresif selama hampir satu dekade (2015-2024).
-
Pemerintah, melalui Menko PMK dan Menko PM, menyepakati perlunya memperketat standar teknik wajib dan memberikan pendampingan teknis kepada pesantren dalam setiap proses pembangunan untuk mencegah terulangnya tragedi serupa.
Suara.com - Ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo terus menuai sorotan dari berbagai kalangan.
Hingga kini, berdasarkan data yang dikutip dari BPBD, satu jenazah ditemukan di balik reruntuhan sehingga total ada sembilan korban meninggal dunia.
Dengan ditemukannya empat korban tersebut maka setidaknya jumlah korban yang masih dalam proses pencarian ada sebanyak 54 orang, berdasarkan data dari Ponpes terkait.
Seiring dengan proses pencarian korban hingga saat ini, publik terus mempertanyakan bagaimana kelaikan proyek pembangunan empat lantai tersebut hingga terjadi ambruk.
Salah satu akun di X/Twitter, mengunggah ulang jepretan-jepretan layar yang menunjukkan pembangunan gedung bertingkat di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny dari awal hingga dibangun menjadi empat lantai.
Foto-foto yang bersumber dari Google Maps tersebut secara dramatis menunjukkan perkembangan pembangunan yang kontroversial.
Sejumlah akun netizen menyoroti dimensi kolom atau tiang penyangga yang dinilai tidak proporsional dengan beban bangunan yang terus ditingkatkan.
Beberapa netizen tertuju pada fondasi dan tiang penyangga bangunan yang tampak ramping, terutama pada struktur lama, padahal bertugas menopang beban vertikal yang sangat besar setelah dilakukan penambahan lantai.
Rangkaian foto yang menjadi viral di media sosial, menunjukkan tahapan pembangunan yang berlangsung selama hampir satu dekade:
Baca Juga: Siapa Sebenarrnya Naput? Seleb TikTok Medok, Maba Baru Gundar yang Viral

2015 - 2017: Awalnya, bangunan tersebut tampak sebagai struktur dua lantai yang kokoh dengan fasad hijau-putih yang khas

2019: Titik kritis dimulai. Foto dari tahun 2019 memperlihatkan persiapan penambahan lantai di atas struktur lama. Di sinilah kritikan muncul: kolom-kolom penyangga di lantai dasar yang dibangun pada era 2015-2017 terlihat sangat ramping. Netizen curiga, kolom ini tidak dirancang untuk menahan beban bangunan bertingkat tinggi.

2021 - 2024: Pembangunan berlanjut agresif. Struktur beton di atas lantai dua terus menjulang, mencapai empat hingga lima lantai.



Foto tahun 2024 menunjukkan bangunan yang nyaris selesai, namun kontras antara tiang penyangga di lantai bawah dengan volume bangunan di atasnya semakin mencolok.
Dijelaskan dalam jurnal Analysis of Optimization of Cross-Sections and Reinforcement of Building Structures Based on SNI 2847-2019 and SNI 1726-2019, secara teknis, tiang atau kolom beton adalah elemen vertikal yang berfungsi memikul beban aksial atau tekan dari seluruh struktur di atasnya, lalu meneruskannya ke fondasi.
Standar keamanan bangunan mewajibkan perhitungan ulang struktur secara menyeluruh (audit struktur) ketika ada penambahan beban vertikal (lantai). Jika penambahan beban dilakukan tanpa pembesaran atau penguatan kolom lama, risiko kegagalan struktur cukup tinggi.