Gedung Ponpes Al-Khoziny Ambruk Tewaskan 13 Orang, FKBI Desak Investigasi dan Soroti Kelalaian Fatal

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Sabtu, 04 Oktober 2025 | 06:56 WIB
Gedung Ponpes Al-Khoziny Ambruk Tewaskan 13 Orang, FKBI Desak Investigasi dan Soroti Kelalaian Fatal
Bangunan Ponpes Al-khoziny Sidoarjo yang ambruk pada Senin (29/9/2025) makan ratusan korban, 13 di antaranya meninggal dunia. [Basarnas Surabaya]
Baca 10 detik
  • Tulus menyoroti dugaan kuat kegagalan konstruksi dan lambatnya respons penanganan pasca-robohnya gedung.
  • FKBI menyarankan pembentukan tim independen melibatkan asosiasi profesi keinsinyuran untuk memastikan objektivitas penyelidikan.
  • Tulus Abadi juga menyoroti lambatnya penanganan pasca-robohnya gedung.

Suara.com - Insiden tragis robohnya sebuah gedung di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, telah menarik perhatian serius publik, termasuk dari Forum Konsumen Berdaya Indonesia (FKBI).

Ketua FKBI, Tulus Abadi, mendesak agar dilakukan investigasi menyeluruh dan transparan terkait penyebab runtuhnya bangunan yang memakan ratusan korban, 13 di antaranya dinyatakan meninggal dunia.

Tulus menyoroti dua poin krusial: dugaan kuat kegagalan konstruksi dan lambatnya respons penanganan pasca-robohnya gedung.

Menurut Tulus Abadi, secara kasat mata, insiden ini menunjukkan fenomena kegagalan bangunan atau konstruksi.

"Jika ini yang terjadi, maka berpotensi kuat adanya pelanggaran Undang-Undang Bangunan Gedung, apalagi untuk gedung publik," tegas Tulus dalam keterangan tertulisnya kepada Suara.com, Sabtu (4/10/2025).

Ia mendesak pihak kepolisian, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Sidoarjo, dan bahkan Dinas PU Provinsi untuk segera melakukan investigasi guna mengungkap penyebab pasti dan pihak yang harus bertanggung jawab.

FKBI bahkan menyarankan pembentukan tim independen yang melibatkan asosiasi profesi keinsinyuran untuk memastikan objektivitas penyelidikan.

"Secara kasat mata, dari sisi konstruksi, bangunan tersebut diduga keras dibangun dengan cara yang tidak memenuhi kaidah-kaidah konstruksi yang benar," kata Tulus, mengindikasikan adanya dugaan kelalaian dalam proses pembangunan.

Selain itu, Tulus Abadi juga menyoroti lambatnya penanganan pasca-robohnya gedung.

Baca Juga: "Minum Air Terasa Seperti Mimpi," Kisah Alfatih, Santri Terkubur 2 Malam di Reruntuhan Al Khoziny

Ia mengkritik Dinas PU setempat yang baru menggunakan alat-alat berat untuk membongkar reruntuhan pada hari ketiga, padahal insiden terjadi beberapa hari sebelumnya.

Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi. [Suara.com/Adhitya Himawan]
Tulus Abadi. [Suara.com/Adhitya Himawan]

"Ini sudah hari kelima, nyaris seratusan korban masih terperangkap reruntuhan. Jatuhnya korban yang masif bisa dikurangi jika proses penyelamatan berjalan sigap dan dilengkapi dengan alat lengkap," ujarnya.

Keterlambatan ini diduga berkontribusi pada banyaknya korban yang masih terjebak.

Merujuk pada kasus tersebut, FKBI juga mendesak audit terhadap seluruh gedung lain di lingkungan pesantren. Hal ini dinilai sangat penting untuk memitigasi risiko serupa dan memastikan keselamatan para santri serta pengguna bangunan lainnya.

"Ini untuk memastikan keselamatan bagi siswa santri atau pihak lain yang menjadi pengguna bangunan gedung tersebut," kata dia.

Berdasarkan informasi yang dihimpun hingga Jumat (3/10/2025) malam, jumlah korban meninggal dunia akibat runtuhnya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo bertambah menjadi 13 orang sampai.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI