- Rocky mengatakan bahwa dalam lingkaran internal Gerindra sudah mulai mempersiapkan sejumlah tokoh yang dianggap lebih mumpuni.
- Menurutnya Gibran belum memiliki kapasitas intelektual untuk meneruskan gagasan “Sumitronomics”.
- Rocky menyebut nama Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi atau Kang Dedi yang popularitasnya semakin naik.
Suara.com - Pengamat politik Rocky Gerung memprediksi duet Prabowo-Gibran tidak akan berlanjut pada Pilpres 2029. Menurutnya, Gibran belum memiliki kapasitas intelektual untuk meneruskan gagasan “Sumitronomics”.
Dalam analisisnya, Rocky menyebut bahwa Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Prabowo Subianto tidak akan kembali menggandeng Gibran dalam Pemilu 2029.
“Di dalam proyeksi ke-29, kalangan Gerindra pasti sudah lengkap bersiap atau Pak Prabowo dua periode tetapi wakil presidennya pasti bukan Gibran itu sudah pastilah,” ujarnya, melalui kanal YouTube Rocky Gerung official, dikutip pada Kamis (23/10/2025).
Alasannya, Rocky menilai Gibran belum memiliki kapasitas intelektual untuk melanjutkan warisan Presiden Prabowo, yaitu gagasan-gagasan yang diwariskan dari mendiang ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikoesoemo atau “Sumitronomics”.
Sedangkan wakil presiden di periode selanjutnya, atau yang Rocky sebut sebagai “putra mahkota”, menurutnya, haruslah seseorang yang mampu memahami dan menjalankan gagasan-gagasan tersebut.
“Bukan Gibran lah, kalau misalnya ide-ide Pak Sumitro dijadikan sebagai pedoman untuk membangun kembali Indonesia, ya pasti Gibran buta huruf terhadap itu kan,” ungkap Rocky.
Rocky mengatakan bahwa dalam lingkaran internal Gerindra sudah mulai mempersiapkan sejumlah tokoh yang dianggap lebih mumpuni untuk mendampingi Prabowo, menghidupkan kembali gagasan-gagasan Sumitronomics.
“Ada yang punya potensi untuk menghidupkan kembali pikiran-pikiran partai sosialis lama, yang didirikan oleh mendiang Prof. Soemitro, jadi di kalangan Gerinda sendiri pasti kader tersedia,” kata dia.

Lebih lanjut, Rocky kemudian menyoroti tokoh-tokoh di luar lingkaran Gerindra yang terlihat mulai muncul ke permukaan untuk menguji kapasitasnya dalam berbagai isu yang lebih luas, tidak hanya dengan sensasi melalui media sosial.
Baca Juga: Usai Ancam Pecat Anak Buah jika Ngibul soal Dana Ngendap, KDM: Saya jadi Gak Enak Nih
Sebagai contoh, Rocky menyebut nama Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi atau Kang Dedi yang popularitasnya semakin naik.
“Dedi Mulyadi yang popularitasnya makin naik itu, tapi orang tetap menunggu bagaimana konsep-konsep Kang Dedi di dalam soal global politics, environmental ethics, human solidarity,” ucap Rocky.
Ia menegaskan bahwa seorang calon pemimpin tidak dapat membangun citra hanya dengan video sensasional, melainkan pengetahuan yang luas dan kemampuan untuk mengomentari berbagai isu strategis, yang akan menjadi tolak ukur utama.
“Yang saya maksud bahwa seorang calon pemimpin seperti Kang Dedi ini harus harus punya pengetahuan yang luas, bukan sekedar mengolah dan membombardir publik dengan segala macam video yang sensasional,” tutupnya.
Reporter : Nur Saylil Inayah