- Said Didu menilai pernyataan Menkeu Purbaya soal Whoosh telah membuka "kotak pandora" kebobrokan anggaran era Jokowi
- Said Didu mengklaim kebijakan Menkeu sebelumnya, Sri Mulyani, telah menaikkan total utang dan kewajiban negara dari Rp8.000 triliun menjadi Rp24.000 triliun
- Polemik dipicu komentar Menkeu Purbaya yang membenarkan nilai sosial Whoosh namun menekankan perlunya pengembangan ekonomi di sekitar jalur kereta agar lebih produktif
Suara.com - Pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengenai proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) berbuntut panjang. Pengamat politik Said Didu menilai ucapan Menkeu baru itu telah membuka "kotak pandora" kebobrokan anggaran pada era Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Said Didu secara tajam menyoroti gaya Purbaya yang dianggapnya netral namun justru menelanjangi masalah-masalah yang selama ini terkesan ditutupi. Menurutnya, ini adalah sinyal terkuaknya borok pengelolaan fiskal negara.
“Purbaya dengan gaya netral membuka kotak pandora terhadap hal-hal yang selama ini seakan-akan baik-baik saja," ujar Said Didu dalam program Rakyat Bersuara, Rabu (29/10/2025).
"Padahal kelebihan narik anggaran, dana ke daerah (kebijakan Menkeu terdahulu) sangat bobrok," tambahnya.
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN ini bahkan tak segan membandingkan Purbaya dengan pendahulunya, Sri Mulyani Indrawati. Said Didu mengkritik keras kebijakan Sri Mulyani yang dinilainya meninggalkan beban utang negara yang membengkak secara fantastis.
“Sebagai pejabat publik, apa hasilnya kebijakan Sri Mulyani? Menaikkan utang dari Rp8.000 triliun menjadi Rp24.000 triliun," sebut Said Didu.
"Menaikkan cicilan utang dari Rp400 triliun menjadi Rp1.600 triliun, bunga utang dari 2 persen menjadi 6-7 persen," sambung dia.
Menurutnya, angka utang yang selama ini dipublikasikan pemerintah belum mencerminkan kondisi riil. Said Didu menyebut jika seluruh kewajiban negara, termasuk utang BUMN dan dana pensiunan dihitung, totalnya bisa mencapai Rp24.000 triliun.
“Maka ini kotak pandoranya dibuka (oleh Purbaya),” tegasnya.
Baca Juga: Ekonom UI Sebut Purbaya Sedang di Fase 'Storming', Bekerja Murni untuk Rakyat tapi...
Polemik ini bermula dari tanggapan Menkeu Purbaya atas pernyataan Presiden Jokowi yang menyebut Whoosh bukan proyek cari untung, melainkan "investasi jangka panjang" untuk menekan kerugian akibat kemacetan.
Purbaya, dalam tanggapannya, membenarkan ada nilai sosial dalam proyek tersebut namun memberikan catatan kritis. Ia menekankan perlunya penguatan ekonomi di sekitar jalur kereta agar tujuan pembangunan benar-benar tercapai.
“(Pernyataan Jokowi) ada betulnya juga sedikit, karena kan Whoosh sebetulnya ada misi regional development juga,” ujar Menkeu Purbaya kepada awak media di Jakarta, Rabu (30/10/2025).
Menkeu pengganti Sri Mulyani itu mencontohkan perlunya membangun titik pemberhentian tambahan untuk menghidupkan ekonomi lokal, sebuah pandangan yang menempatkan proyek warisan Jokowi dalam konteks yang lebih produktif.
Namun, pandangan kritis inilah yang dinilai Said Didu sebagai pembuka tabir masalah anggaran yang lebih besar.
 
                 
             
                 
                 
                 
         
         
         
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                     
                     
                     
                     
                     
             
             
             
             
                     
                     
                     
                    