Selain itu, karena dia membeli mobil secara kontan sehingga dealer (atau lembaga pembiayaan) tidak perlu khawatir untuk melacak mobil ini untuk disita jika angsurannya nunggak.
Potensi bahaya memiliki perangkat seperti ini di dalam kendaraan tidak selalu langsung terlihat. Carscoops menyebutkan misalnya bisa saja karyawan dealer dapat menggunakan informasi ini untuk mencoba mencurinya setelah menjualnya.
Tak cuma itu, ada juga dugaan bahwa dealer dapat menjual data tentang bagaimana pengemudi menggunakan mobil mereka.
Selain itu, hubungan antara pelacak GPS dan penilaian perilaku pengemudi (driver scores) semakin jelas.
Perusahaan asuransi haus akan data tentang perilaku pengemudi, dan perangkat semacam ini mengumpulkan banyak data yang dapat digunakan oleh perusahaan tersebut.
Kira-kira kejadian serupa bisa ditemui di Indonesia nggak, ya?