Arus Balik Lebaran 2025: Persiapan Darurat Jadi Kunci Perjalanan Aman

Sabtu, 05 April 2025 | 11:03 WIB
Arus Balik Lebaran 2025: Persiapan Darurat Jadi Kunci Perjalanan Aman
Ilustrasu arus balik setelah lebaran. Anggota Satlantas Polres Klaten mengarahkan pengemudi untuk tidak berputar balik saat mengatur arus lalu lintas jalan arteri Solo-Yogyakarta di Exit Tol Prambanan, Jogonalan, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (3/4/2025) ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/nym.

Suara.com - Libur Lebaran 2025 segera usai. Setelah momen penuh kebahagiaan berkumpul dengan keluarga, jutaan pemudik kini bersiap kembali ke kota masing-masing.

Namun, di balik semarak perjalanan arus balik, ada satu hal penting yang kerap luput dari perhatian: kesiapan menghadapi kondisi darurat di perjalanan.

Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus Pasaribu, menekankan pentingnya perlengkapan darurat dalam kendaraan sebagai bentuk antisipasi terhadap berbagai risiko yang bisa terjadi selama perjalanan jauh.

Bukan sekadar formalitas, perlengkapan seperti kotak P3K, segitiga pengaman, dongkrak, dan senter adalah elemen vital yang harus masuk dalam daftar prioritas setiap pemudik.

“Pemudik arus balik wajib membawa perlengkapan darurat umum seperti P3K, segitiga pengaman, dongkrak, dan senter,” ujarnya dikutip dari ANTARA pada Sabtu (5/4/2025).

Peralatan Kecil, Dampak Besar

Empat alat yang disebutkan Yannes bukan hanya pelengkap, tapi penyelamat. Kotak P3K misalnya, berguna memberikan pertolongan pertama saat terjadi cedera ringan atau kecelakaan kecil, yang umum terjadi saat lalu lintas padat dan cuaca tidak bersahabat.

Segitiga pengaman juga bukan aksesori biasa. Saat kendaraan berhenti mendadak atau mengalami kerusakan di jalan, alat ini memberi sinyal peringatan bagi pengendara lain.

Letaknya yang diletakkan beberapa meter di belakang kendaraan, memberi waktu bagi mobil lain untuk mengurangi kecepatan dan menghindari tabrakan beruntun.

Baca Juga: Puncak Arus Balik Kereta Api 6 April 2025, PT KAI Imbau Ini untuk Pemudik

“Keselamatan bukan hanya soal cara menyetir, tapi juga kesiapan menghadapi hal yang tidak diinginkan,” kata Yannes.

Dongkrak pun memegang peran penting, terutama saat harus mengganti ban di tengah jalan. Banyak kasus di mana pengemudi terpaksa menunggu berjam-jam menanti bantuan hanya karena tidak membawa dongkrak. Belum lagi risiko kejahatan di lokasi yang sepi.

Senter menjadi penyelamat di malam hari. Selain membantu saat memperbaiki kendaraan, ia juga menjadi alat penerangan darurat yang bisa digunakan untuk meminta pertolongan. Di daerah minim pencahayaan seperti jalur hutan atau pegunungan, senter bisa menjadi alat krusial dalam menghindari bahaya.

Tambahan Wajib untuk Mobil Usia Tua

Selain perlengkapan dasar, Yannes juga menyarankan membawa alat-alat tambahan seperti obeng, tang, kunci-kunci dasar, serta kabel jumper. Terutama bagi pengendara mobil dengan usia pakai lebih dari lima tahun, kondisi mesin yang sudah menurun bisa sewaktu-waktu menimbulkan masalah teknis.

“Penting juga bawa cairan tambahan seperti oli dan air radiator untuk mobil yang sudah berumur,” tambahnya.

Mesin overheat adalah momok tersendiri bagi pemudik. Jalur panjang, suhu tinggi, serta kepadatan lalu lintas membuat mesin bekerja lebih keras.

Tanpa persediaan cairan yang cukup, potensi kerusakan fatal bisa terjadi kapan saja. Apalagi jika perjalanan dilakukan siang hari, di mana suhu aspal dan udara sangat tinggi, mempercepat risiko mesin kepanasan.

Jangan Andalkan GPS Saja

Tak hanya peralatan fisik, mental dan kesiapan informasi juga berperan penting. Seringkali pengendara terlalu mengandalkan GPS, tanpa mencari tahu lebih dahulu kondisi jalur, titik rawan macet, atau lokasi posko bantuan terdekat.

Menyimpan nomor-nomor darurat, seperti layanan tol, bengkel terdekat, hingga hotline kepolisian, sebaiknya juga dilakukan sebelum perjalanan dimulai.

“Arus balik bukan hanya tentang pulang, tapi tentang bagaimana sampai dengan selamat,” tegas Yannes.

Edukasi yang Perlu Diulang Setiap Tahun

Sayangnya, kesadaran akan pentingnya perlengkapan darurat ini masih minim. Banyak pemudik baru atau pengemudi muda yang belum terbiasa mengecek kondisi kendaraan secara menyeluruh.

Untuk itu, Yannes mendorong adanya kampanye rutin dari pemerintah maupun media untuk mengedukasi publik, misalnya dengan menyisipkan informasi ini dalam tayangan televisi, media sosial, hingga posko rest area.

“Kesiapan menghadapi darurat bukan soal takut, tapi bijak. Karena di jalan raya, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi,” tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI