Dalam diskusi ini yang dibahas adalah tiga startup mobil listrik China, Xpeng, Nio dan Li Auto.
![MPV listrik premium Xpeng X9 akan dijual di Indonesia pada awal 2025. [Dok Xpeng]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/01/02/92606-xpeng-x9.jpg)
Zhu Xican, salah satu panelis yang merupakan pengajar Teknik Otomotif pada Universitas Tongji, China mengatakan Xpeng tak akan bertahan lama dan bahkan gulung tikar hanya dalam tempo 3 tahun.
Xpeng, terang Zhu, pada tahap yang masih awal ini terlalu mengandalkan software atau peranti lunak tapi tak peduli dengan bagian-bagian lain yang penting pada sebuah mobil.
Lebih lanjut Zhu mengatakan bahwa pabrikan yang menjual mobil di bawah 2 juta unit tidak akan bertahan lama, karena skalanya masih terlalu kecil sementara ongkos untuk riset terlalu tinggi.
"Jika ongkos riset kecil, maka pengembangan teknologi akan mandek. Sementara jika investasi riset terlalu tinggi dan penjualannya kecil, maka merek itu akan mati," tegas dia.
Pada 2024 kemarin, Xpeng hanya menjual sekitar 190.000 unit mobil, naik 34 persen dari tahun 2023. Pada 2025 ini, pabrikan tersebut menargetkan menjual 380.000 unit mobil.
Xpeng Masuk Indonesia
XPeng secara resmi masuk ke pasar otomotif Indonesia pada akhir Februari 2025, dengan Erajaya Active Lifestyle (ERAL) sebagai agen tunggal pemegang merek (ATPM).
Xpeng merencanakan untuk membawa dua model mobil listrik, yaitu MPV premium XPeng X9 dan SUV listrik berperforma tinggi Xpeng G6.
Baca Juga: Krisis Neta Auto: Ketika Janji Mobilitas Listrik Berujung Tuntutan Diler
Dengan belum memiliki pabrik di Indonesia, proses perakitan mobil Xpeng masih akan berstatus numpang di pabrik PT Handal Indonesia Motor (HIM) di Purwakarta, mulai pertengahan 2025, yang akan menjadi model pertama Xpeng yang diproduksi di luar Tiongkok. Penjualan perdana dijadwalkan dimulai pada Mei 2025.