Suara.com - Penjualan mobil di Indonesia tahun 2025 diperkirakan akan jauh di bawah target Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO).
Riyanto, peneliti dari LPEM UI, memproyeksikan penjualan mobil baru 2025 ditafsir hanya akan berada dikisaran 756.000 unit.
Angka tersebut meleset jauh dari target GAIKINDO tahun ini sebesar 850.000 unit. Bahkan lebih rendah dari penjualan tahun 2024 yang mencapai 865.723 unit.
![Deretan mobil-mobil baru yang akan diekspor pelabuhan di Yokohama, Jepang. [Dok.Antara]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/02/01/46392-mobil-baru.jpg)
Menurut Riyanto, salah satu pemicu utama penurunan penjualan mobil adalah kebijakan pajak tambahan atau opsen di beberapa daerah, seperti Jakarta dan Jawa Barat, yang membebani daya beli masyarakat.
Selain itu, melemahnya daya beli dan pertumbuhan ekonomi yang belum mencapai target (kuartal pertama hanya 4,7% dari target 5,2%) turut memperparah kondisi penjualan mobil.
Insentif Pemerintah
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Kukuh Kumara mengharapkan pemerintah tidak hanya berfokus pada mobil listrik di tengah merosotnya penjualan mobil baru di Indonesia.
Menurutnya, pemerintah jangan menutup mata ke mobil hybrid yang kini juga mulai dilirik oleh pabrikan China.
"Sebab pada prinsipnya, teknologi otomotif berkembang cepat. Sehingga kebijakan harus fleksibel dan bermanfaat," kata Kukuh, di Jakarta.
![Pengunjung melihat mobil listrik yang dipamerkan pada Indonesia International Motor Show (IIMS) 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (21/2/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/21/68176-iims-2025-indonesia-international-motor-show-mobil-listrik.jpg)
Sejauh ini, Kukuh menilai, kehadiran mobil listrik justru hanya memakan pasar mobil bensin (ICE) dan Low Cost Green Car (LCGC), belum menciptakan pasar baru.
"Pada titik ini insentif ke ICE dan LCGC bisa menambah volume pasar hingga 3 juta unit. Kalau ini tercapai, para brand otomotif akan menambah kapasitas pabrik, baik melalui perluasan atau pembangunan fasilitas baru. Ini akan menyerap tenaga kerja, sehingga positif bagi ekonomi," jelas Kukuh
Baca Juga: Daftar Harga Mobil Listrik Wuling Terbaru Mei 2025, Ada yang Makin Terjangkau
"Kalau otomotif menambah satu tenaga kerja, efeknya itu untuk dua orang. Jadi, efek pengungkitnya luar biasa. Otomotif adalah jembatan untuk memperkuat manfuaktur. Jangan sampai manufaktur layu sebelum berkembang, karena kita punya potensi pasar 3 juta unit. Jadi, perluasan insentif otomotif diperlukan," sambungnya.
![Hyundai Ioniq 5 dipamerkan di GIIAS 2024. Berkat teknologi V2L, Bluelink dan pengisian daya yang fleksibel, mobil listrik ini cocok untuk mereka yang produktif. [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/07/24/48581-hyundai-ioniq-5-giias-2024.jpg)
Selain itu, lanjut Kukuh, penjualan mobil baru terkendala di pajak, lantaran berkontribusi 50 persen. Padahal bila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia yang PDB per kapita lebih tinggi dari Indonesia hanya 30 persen. Pajak tahunan di Indonesia juga lebih mahal dari Malaysia.
"Jadi pemerintah, perlu mempertimbangkan fakta bahwa mobil di harga tertentu bukan lagi barang mewah, melainkan dipakai untuk mencari nafkah. Dengan begini, pengenaan PPnBM ke mobil-mobil tertentu bisa dikaji ulang," pungkasnya.
Penjualan Mobil 2025
Berdasarkan data GAIKINDO penjualan mobil sepanjang Januari-April 2025 mengalami penurunan. Total penjualan wholesales empat bulan pertama 2025 hanya 256.368 unit, lebih rendah dari capaian Januari-April 2024 yang mencapai 264.014 unit.
Penurunan juga terlihat dari sisi retail, di mana total penjualan mobil dari dealer ke konsumen hanya mencapai 267.514 unit, padahal tahun lalu dalam periode yang sama angkanya jauh lebih tinggi.