Suara.com - Perusahaan teknologi asal China, Huawei dilaporkan sedang mengembangkan teknologi baterai solid-state yang diklaim mampu mengisi daya mobil listrik dalam lima menit hingga terisi penuh.
Melansir Carscoops, Huawei menyebut bahwa teknologi baru ini memungkinkan sebuah mobil listrik berukuran medium untuk menempuh jarak sejauh 3.000 km hanya dengan sekali pengisian daya.
Hal tersebut tentu menjadi inovasi baru dibandingkan baterai mobil listrik yang saat ini hanya mampu menempuh rata-rata sekitar 500 Km–600 Km dalam sekali pengisian.
Seperti kebanyakan perusahaan otomotif seperti Toyota, Volkswagen, BMW, dan Stellantis, Huawei juga telah menghabiskan beberapa tahun terakhir untuk mengembangkan baterai solid-state yang dianggap sebagai masa depan industri kendaraan listrik.
![Modul baterai kendaraan listrik yang akan dikembangkan Ford dan SK Innovation melalui usaha patungan [Ford via ANTARA].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/05/21/59790-modul-baterai-mobil-listrik.jpg)
Huawei bahkan telah mengajukan paten di Tiongkok terkait kimia baterai solid-state yang mereka kembangkan.
Dalam dokumen paten tersebut disebutkan bahwa sel baterai ini menggunakan elektroda sulfida dengan tambahan unsur nitrogen yang bertujuan untuk mengurangi efek samping yang dapat memperpendek usia pakai baterai.
Baterai solid-state tersebut diklaim memiliki kepadatan energi sebesar 400–500 Wh/kg atau sekitar tiga kali lipat dari baterai konvensional saat ini.
Dengan angka tersebut, sebuah sedan listrik bisa memiliki jarak tempuh hingga 3.000 km berdasarkan standar CLTC (China Light-Duty Vehicle Test Cycle).
![Baterai mobil listrik hasil kemitraan Volvo-Northvolt [Volvo via ANTARA].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/06/22/43410-baterai-mobil-listrik-volvo.jpg)
Namun, jika dikonversi ke standar EPA (Enviromental Protection Agency) dari Amerika Serikat, kemungkinan angkanya akan turun menjadi sekitar 2.090 km.
Baca Juga: Berapa Biaya Charge Mobil Listrik Wuling Air EV di Rumah? Ini Hitungan Lengkapnya!
Tak hanya soal jangkauan, Huawei juga menyebut bahwa pengisian daya penuh untuk baterai ini dapat dilakukan dalam waktu hanya lima menit. Bukan hanya sekedar 80 persen tetapi benar-benar terisi penuh 100 persen.
Meski terdengar sangat menjanjikan, ada sejumlah keraguan yang menyelimuti klaim ini.
Pertama, kebutuhan akan jarak tempuh sejauh 3.000 Km tidak terlalu relevan bagi sebagian besar pengguna kendaraan apalagi jika baterai bisa diisi ulang hanya dalam hitungan menit.
Kedua, pembuatan mobil listrik dengan jangkauan terlalu panjang akan menambahkan bobot dan biaya, karena baterai yang lebih besar akan membuat mobil lebih berat dan mahal.
Baterai Solid-State
Baterai solid-state dianggap sebagai teknologi masa depan untuk kendaraan listrik karena menawarkan keunggulan dibanding baterai lithium-ion konvensional.
Beberapa keunggulan baterai solid-state antara lain adalah memiliki daya tahan yang lebih tinggi, densitas energi yang lebih besar, waktu pengisian yang lebih cepat, hingga risiko kebakaran yang lebih rendah.
Baterai solid-state yang dikembangkan oleh Huawei diklaim memiliki kepadatan energi sebesar 400–500 Wh/kg.
Sebagai perbandingan, baterai LFP (Lithium Ferro Phosphate) buatan BYD yang mampu menempuh jarak hampir 500 Km memiliki kepadatan energi sekitar 150 Wh/kg.
Artinya, baterai solid-state menawarkan densitas energi tiga kali lipat lebih besar dibandingkan baterai kovensional yang masih banyak digunakan pada mobil listrik saat ini.
Perlombaan dalam mengembangkan baterai solid-state memang sedang gencar dilakukan oleh sejumlah perusahaan otomotif dan teknologi.
Pada Januari 2024, pemerintah Tiongkok bahkan membentuk aliansi khusus untuk pengembangan baterai solid-state yang melibatkan sejumlah perusahaan otomotif besar serta para ilmuwan dari universitas ternama.
Sementara di Jepang, Toyota dan Honda juga mengaku sedang mengembangkan teknologi serupa. Toyota menyebut baterai-solid state akan digunakan pada kendaraan buatannya pada 2028 mendatang.