Suara.com - Toyota dikabarkan memutuskan untuk menunda produk SUV listrik mereka di tengah perubahan permintaan konsumen terhadap mobil listrik.
Pasalnya di tengah tren mobil listrik yang terjadi di seluruh dunia, Toyota dikabarkan justru mendapat permintaan tinggi terhadap model sport utility vehicle (SUV) dengan mesin bensin.
Menurut laporan Bloomberg, SUV listrik Toyota rencananya akan diproduksi di pabrik mereka yang berada di Princeton, Indiana, mulai tahun 2027. Namun kabar terbaru, raksasa otomotif asal Jepang ini masih belum memutuskan apakah model tersebut nantinya akan mulai diproduksi pada 2028.
Dan jalur produksi tersebut telah dialihkan ke pabrik Toyota di Georgetown, tempat kendaraan listrik lainnya akan mulai diproduksi pada akhir tahun 2026.
Perusahaan disebut memiliki beberapa alasan untuk melakukan penundaan dan peralihan produksi, salah satunya adalah penjualan kendaraan listrik belum berkembang seperti yang diperkirakan Toyota.
![Pengunjung mengamati mobil listrik Toyota bZ4X yang dipamerkan pada ajang pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Tangerang, Banten, Sabtu (13/8/2022). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/08/14/11954-giias-2022-toyota-bz4x-mobil-listrik.jpg)
Meskipun mobil listrik Toyota, bZ4X memiliki permintaan yang cukup baik. Namun pasar mobil listrik di Amerika Serikat (AS) secara keseluruhan mengalami perlambatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Mobil Hybrid dan Bensin Lebih Diminati
Toyota mencatat pertumbuhan yang jauh lebih cepat justru terjadi di segmen hybrid dan mobil bensin khususnya untuk model SUV.
Salah satunya, Toyota mengalami peningkatan permintaan untuk model Grand Highlander yang tersedia dalam dua tipe, hybrid dan bensin.
Baca Juga: Penjualan Mobil Listrik KIA 'Melempem' Dampak Recall Puluhan Ribu Unit EV9
Alhasil Toyota memilih untuk meningkatkan kapasitas produksi untuk model ini dibandingkan harus terburu-buru memproduksi mobil listrik.
Pandangan Toyota Terhadap Mobil Listrik
Bos Toyota sebrnarnya sempat mengutarakan pendapatnya terkait keberadaan mobil listrik. Menurutnya mobil listrik justru berpotensi meningkatkan emisi karbon.
Popularitas mobil listrik kian menanjak dalam beberapa tahun belakangan. Tak cuma itu, mobil listrik pun makin dilirik banyak orang di berbagai belahan dunia.
![Presiden dan CEO Toyota Akio Toyoda saat presentasi prototipe "kota" masa depan di atas lahan seluas 175 hektar di kaki Gunung Fuji di Jepang, dan purwarupa Toyota e-Palette di pameran Consumer Electronics Show (CES) 2020 di Las Vegas , Nevada, Amerika Serikat (6/1/2020) [AFP/Robyn Beck].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/09/14/58362-akio-toyoda.jpg)
Namun Toyota meyakini mobil listrik bukan jalan satu-satunya solusi untuk menuju masa depan yang lebih bersih. Setidaknya hal itulah yang menjadi konsen Toyota.
"Ketika istilah netralitas karbon menjadi populer, kami mengatakan bahwa sebagai perusahaan, musuh kami adalah karbon. Kami harus fokus pada apa yang kami dapat lakukan segera untuk mengurangi karbondioksida," ujar Akio Toyoda, Chairman Toyota Motor Corporation.
Saat ini, ada sekitar 27 juta mobil hybrid yang diproduksi Toyota dan itu memiliki kontribusi signifikan dalam mengurangi karbon. Bahkan menurutnya, lebih baik menekan emisi karbon ketimbang mobil listrik.
"Kendaraan hybrid itu memiliki dampak yang sama dengan 9 juta mobil listrik di jalan. Namun jika kami membuat 9 juta mobil listrik di Jepang, hal itu justru akan meningkatkan emisi karbon, bukan menguranginya," jelas Toyoda.
Namun demikian Toyoda tak merinci perhitungan di balik angka-angka tersebut. Ia hanya ingin menunjukkan bahwa mobil listrik bukanlah solusi utama dalam mengurangi karbon sekalipun tak ada ada emisi yang dihasilkan.
Belum lagi dampak lingkungan dari produksi mobil listrik sekaligus menghasilkan listrik juga punya cerita yang tak kalah rumit. Ditambah, infrastruktur pengisian baterai belum merata di banyak daerah, sehingga ini menjadi salah satu alasan mobil hybrid masih masuk akal, setidaknya untuk saat ini.
Ini bukan kali pertama Toyoda melontarkan komentar pedas soal mobil listrik. Dia juga pernah menyebut mobil listrik berpotensi besar membuat banyak SDM di sektor otomotif kehilangan pekerjaan.