Fakta: Mobil Listrik Tak Sepenuhnya Lebih Ramah Lingkungan Dibandingkan Mobil Bensin

Selasa, 19 Agustus 2025 | 18:45 WIB
Fakta: Mobil Listrik Tak Sepenuhnya Lebih Ramah Lingkungan Dibandingkan Mobil Bensin
Ilustrasi Mobil Listrik Sedang Melakukan Pengisian Daya. (Pexels)

Suara.com - Perdebatan mengenai mana yang lebih ramah lingkungan antara mobil listrik (EV) dan mobil konvensional berbahan bakar bensin atau diesel terus menjadi perbincangan. Namun sebuah studi independen terbaru dari Jerman memberikan jawaban berbasis data yang menarik.

Studi tersebut menemukan bahwa dalam siklus hidup sejauh 200.000 kilometer, kendaraan listrik secara signifikan lebih ramah lingkungan. Namun faktanya mobil listrik tidak serta-merta lebih ramah lingkungan sejak keluar dari pabrik. Proses produksi baterai yang kompleks membuat jejak karbon awal mobil listrik lebih besar dibandingkan mobil bensin.

Studi ini mengungkap, sebuah mobil listrik memerlukan jarak tempuh hingga 90.000 kilometer untuk "melunasi utang ekologis" tersebut dan menjadi pilihan yang lebih bersih daripada kendaraan bensin.

“Penilaian siklus hidup mobil yang tepat bergantung pada banyak faktor – lokasi produksi, bauran energi dalam produksi kendaraan dan komponen, serta sistem penggerak yang digunakan di jalan dan energi yang digunakan,” ujar Dr. Joachim Damasky, ketua VDI Gesellschaft Fahrzeug, dikutip dari Carscoops, Selasa (19 Agustus 2025).

“Kendaraan listrik dan hibrida mulai dengan beban ekologis melalui produksi teknologi penggerak yang intensif sumber daya dalam penilaian siklus hidupnya, karena produksi baterai saat ini hampir seluruhnya masih dilakukan di Asia,” lanjutnya.

Setelah melampaui titik impas tersebut, keunggulan EV menjadi sangat jelas. Setelah menempuh 200.000 km, sebuah EV diperkirakan menghasilkan 24,2 ton emisi CO2. Sebagai perbandingan, mobil diesel dengan jarak tempuh yang sama akan mengeluarkan 33 ton emisi, atau 36 persen lebih banyak.

Menariknya, analisis VDI juga menunjukkan performa positif dari mobil hybrid. Kendaraan hybrid plug-in (PHEV) diproyeksikan menghasilkan 24,8 ton CO2 dalam periode yang sama, hanya sedikit lebih tinggi dari EV murni.

Meski demikian, efektivitas lingkungan sebuah EV sangat bergantung pada sumber listrik yang digunakan untuk pengisian daya. Jika EV ditenagai oleh listrik yang berasal dari pembangkit bahan bakar fosil, jarak tempuh yang dibutuhkan untuk menjadi lebih ramah lingkungan bisa membengkak hingga 160.000 kilometer.

"Kita perlu mempertimbangkan emisi gas rumah kaca dari produksi, durasi, dan pembuangan dalam penilaian siklus hidup. Oleh karena itu, kita membutuhkan lebih banyak produksi baterai buatan, daur ulang baterai yang lebih baik , dan perluasan energi terbarukan yang pesat." tutup Damasky. 

Baca Juga: Sejak Ada BYD Atto 1 Harga Wuling Air EV Bekas diBulanAgustus 2025 Jadi Segini...

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI