Apa Sebetulnya Syndrom Kawasaki?

Sindrom peradangan beragam itu bisa memicu kegagalan fungsi organ tubuh penting. 

dw
Rabu, 20 Mei 2020 | 10:32 WIB
Apa Sebetulnya Syndrom Kawasaki?
Sumber: dw

Gejala radang misterius, berupa peradangan pembuluh darah, demam tinggi selama beberapa hari dan bercak merah pada kulit, belakangan ini makin banyak diidap anak-anak yang dikirim ke rumah sakit di saat pandemi Covid-19.  

Gejala lain yang dikeluhkan dan diamati tenaga medis adalah sakit perut atau lambung, vaskulitis atau radang pembuluh darah yang bisa memicu radang jantung, pembengkakan kelenjar limfa, pembengkakan lidah, bibir pecah-pecah dan radang selaput mata. Sindrom peradangan beragam itu bisa memicu kegagalan fungsi organ tubuh penting. 

Terutama pada kelompok umur pasien antara 5 hingga 14 tahun, kini makin banyak dilaporkan munculnya gejala sakit berat semacam itu, yang mirip sindrom Kawasaki. Sejumlah pakar mengkaitkan kasusnya kemungkinan berkorelasi dengan infeksi SARS-Cov-2. Namun gejala mirip sindrom Kawasaki itu juga bisa dipicu empat jenis virus SARS lainnya yang sudah dikenal atau virus Rhino.

Mengapa disebut sindrom Kawasaki?

Sindrom penyakit multiradang itu mula-mula diamati dan dilaporkan oleh dokter anak Tomisaku Kawasaki dari rumah sakit Palang Merah di Tokyo pada tahun 1967. Kawasaki mengamati kasus langka pertamanya tahun 1961, pada seorang pasien anak berusia 4 tahun, yang gejalanya tidak bisa dikategorikan pada penyakit yang sudah dikenal. Dalam kurun waktu 6 tahun berikutnya, dokter ahli pediatri ini mengamati dan menangani sejumlah kasus serupa.

Laporan ilmiah Kawasaki di sebuah jurnal ilmiah Jepang dari tahun 1967 ditindaklanjuti pemerintah di Tokyo pada 1970 dengan membentuk komisi penelitian yang dipimpin Kawasaki. Karena itulah istilah sindrom Kawasaki mencuat.

Penyakit ini oleh WHO digolongkan langka, dengan prevalensi hanya rata-rata 10 kasus per 100.000 anak. Berdasarkan penelitian, penyakit peradangan berat pada anak-anak, terutama menyerang balita. Efek merugikan pada organ tubuh bisa bersifat permanen, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

Diagnosa dan pengobatan  

Namun di saat pandemi Covid-19, para dokter melaporkan adanya peningkatan drastis sindrom Kawasaki, yang oleh WHO digolongkan penyakit langka. Di seluruh Eropa dilaporkan 230 kasus pada anak hingga usia 14 tahun, sementara di kawasan titik panas virus corona di AS, yaitu New York, para dokter melaporkan lebih dari 500 kasus.

Dokter anak Sunil Sood dari rumah sakit anak-anak Cohen di New York melaporkan, sekitar separuh dari pasien ank-anak yang dirawat di rumah sakitnya, harus dipindahkan ke ruang perawatan intensif, akibat peradangan otot jantung yang mirip sindrom Kawaski. 

"Anak-anak pada awalnya melawan virus dalam tubuhnya. Tapi belakangan, diduga muncul reaksi imunitas berlebihan yang dipicu Covid-19", ujar dokter Sood, yang memperkirakan penyebabnya. Kalangan medis menyebutnya sebagai sindrom peradangan multi sistem atau MIS-C. 

Pengobatan pada sindrom Kawasaki harus diberikan sedini mungkin, untuk mencegah kerusakan permanen organ tubuh. Para dokter biasanya memberikan obat kombinasi imunoglobulin, asam salisilat dan atau kortiskosteroid. Target pengobatan terutama untuk mengurangi radang dan mencegah mengerutnya arteri jantung.

as/ml   (afp,dpa)

Penyakit Paru-paru SARS - Infeksi Virus Berbahaya Virus sama, variasi berbeda

Peneliti virus asal Jerman, Christian Drosten mengatakan, virus yang sedang menyebar di sekiar Wuhan, Cina adalah jenis virus sama seperti SARS yang menyulut pandemi tahun 2002, namun dari variasi yang berbeda. SARS adalah singkatan dari Severe Acute Respiratory Syndrome. Ini adalah infeksi virus berbahaya pada paru-paru.

Penyakit Paru-paru SARS - Infeksi Virus Berbahaya Gejala penyakit

SARS diawali dengan demam tinggi, hingga lebih dari 37°C, juga sakit tenggorokan serta batuk berat dan sesak napas. Ini semua juga disertai simtom flu yang banyak dikenal seperti sakit kepala, otot sakit, dan lain-lain. SARS bisa dipastikan antara lain lewat foto rontgen. Foto: virus Corona.

Penyakit Paru-paru SARS - Infeksi Virus Berbahaya Dari mana asalnya?

Virus SARS termasuk keluarga virus Corona. Diduga virus ini terbentuk lewat mutasi atau lewat tukar-menukar gen dengan virus-virus lain. Diduga, awalnya virus ini menular dari hewan ke manusia, yaitu Zibetkatze, hewan yang termasuk keluarga mamalia Viverrinae. Tahun 2002 SARS pertama kali muncul di Guangdong, Cina, dimana populasi sangat tinggi, dan kondisi higiene buruk. Foto: virus Corona.

Penyakit Paru-paru SARS - Infeksi Virus Berbahaya Masa inkubasi

Masa inkubasi adalah adalah masa antara tertularnya orang dan munculnya penyakit. Hasil penelitian selama ini mengungkap, masa inkubasi SARS adalah antara dua hingga tujuh hari. Selain itu ditemukan juga masa inkubasi 10 hari, namun lebih jarang. Foto: kota Wuhan, dimana wabah virus mirip SARS menyebar belakangan ini.

Penyakit Paru-paru SARS - Infeksi Virus Berbahaya Melindungi diri dari SARS

Sebaiknya menghindari kumpulan orang banyak di kawasan di mana sudah diketahui adanya infeksi SARS. Menggunakan masker untuk menutupi hidung dan mulut juga bisa melindungi diri dari penularan. Tetapi perlindungan seperti ini tidak bisa melindungi dari penularan virus, melainkan hanya dari risiko infeksi.

Penyakit Paru-paru SARS - Infeksi Virus Berbahaya Terapi dan peluang sembuh

Perkembangan penyakit di tubuh bisa diperlambat. Orang yang diduga tertular SARS sebaiknya ditempatkan dalam ruangan isolasi di rumah sakit, dan perawat serta dokter harus mengenakan baju pelindung serta pelindung pernapasan. Diperkirakan, 3%-5% kasus SARS berujung kematian. Mereka yang berhasil sembuh, tidak menderita efek lainnya setelah penyakit sembuh. (Ed.: ml/rap)

Penulis: Gudrun Heise

BERITA LAINNYA

TERKINI