Perempuan Adat Sorot Masalah Hutan dalam Sarasehan KMAN VI “Kami yang punya hutan. Kami yang punya babi hutan. Kami yang punya kayu besi untuk bangun rumah. Kami punya semuanya, namun hak milik kami itu sudah menjadi milik negara dengan ditetapkannya cycloop sebagai cagar alam,” keluh Mama Doliana Yakadewa. KABUPATEN JAYAPURA By Redaksi On 28 Okt 2022 Perempuan adat saat berfoto bersama disela-sela sarasehan KMAN VI yang berlangsung di Kampung Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua, Rabu 26 Oktober 2022. (Dok KMAN VI) Share
KABARPAPUA.CO, Sentani – Perempuan adat menyoroti masalah hutan dalam sarasehan Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI yang berlangsung di Kampung Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura.
Misalnya status hutan adat yang berubah status menjadi hutan lindung. Perempuan adat juga menyampaikan fakta yang terjadi di daerahnya masing-masing dan juga perlakuan dari kebijakan negara yang mengancam keberadaan masyarakat adat.
Jaisa misalnya, perempuan asal Massenrempulu, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan yang hanya bisa pasrah melihat air yang dahulu mengalir Gunung Latimojong yang digunakan untuk kebutuhan air bersih dan persawahan, kini sudah mulai mengering akibat perambahan manusia yang tak terkontrol.
Begitu juga dengan Mama Doliana Yakadewa, perwakilan Perempuan AMAN dari Region Papua, wilayah adat Tabi, sudah tak berdaya melihat Cagar Alam Gunung Cycloop yang terus dibabat.