Perjuangan Vaggelis Chatzis, Sang Petinju Bertangan Satu

Selasa, 12 Februari 2019 | 13:19 WIB
Perjuangan Vaggelis Chatzis, Sang Petinju Bertangan Satu
Vaggelis. [Instagram]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Vaggelis memang selalu antusias menyaksikan tayangan laga tinju di TV. Namun, tidak pernah terbayang bisa naik ke ring sebagai seorang petinju. Tapi itu kenyataannya.

Meski kehilangan satu tangan, Vaggelis menunjukkan bakatnya dalam baku hantam di ring tinju. Bakat itu dipadukan dengan semangat untuk menantang diri sendiri. Perpaduan itu membuat Vaggelis menjadi sosok yang berbahaya di atas ring.

Pelatih pun berinisatif untuk memasangkan sarung tinju ke tangan kanannya. Dengan begitu, Vaggelis bisa bertinju dengan kedua tangannya.

Dengan kondisi seperti itu, Vaggelis pun mengadopsi gaya bertinju yang tidak biasa dan kerap kali membuat lawan kewalahan memblok pukulannya.

Lihat saja gaya unik bertinju Vaggelis:

Perjalanan kariernya bukan tanpa hadangan. Beberapa kali Vaggelis menghadapi tantangan, seperti isu kesehatan yang menghalangi bertinju.

Tapi, Vaggelis mendobrak segala kemungkinan dan halangan. Dia tidak gentar. Pada 2015, dia memulai debut sebagai petinju profesional di Athena di depan lebih dari 3.000 penonton, termasuk keluarganya.

Dalam laga itu, dia menang dan membuat sejarah dalam dunia tinju. Meski sempat menang, Vaggelis kalah di pertarungan ke-2. Dia menderita cedera serius yang mengharuskannya untuk absen bertarung selama 2,5 tahun.

Baca Juga: 5 Petinju dengan Bayaran Tertinggi Saat Ini, Nomor 1 Bukan Pacquiao

Di saat petinju lain mungkin memutuskan pensiun setelah hiatus cukup lama, Vaggelis malah sebaliknya. Dia mulai berlatih dan bersabar untuk menghadapi pertarungan berikutnya.

Pada Desember 2018, waktu yang dinantikan tiba. Dia kembali ke ring tinju dan mengalahkan petinju asal Bosnia, Mikro Zdrazdo. Kini, Vaggelis berencana untuk kembali ke Los Angeles, Amerika Serikat, untuk melanjutkan pelatihan dan membawa kariernya ke level selanjutnya.

"Saya masih memiliki waktu, meski sedikit, dalam karier bertinju saya. Saya bisa bertarung hingga usia saya menginjak 35 tahun. Saya ingin kembali ke LA untuk melanjutkan apa yang saya tinggal. Saya tidak akan berhenti hingga saya mencapai sukses," ujar Vaggelis kepada Greek Reporter.

Di waktu luang, Vaggelis berlatih di rumahnya di Athena, Yunani. Dia juga menghabiskan waktu dengan melatih suksesornya, terutama para penyandang difabel.

Vaggelis berharap kisahnya bisa menginspirasi orang lain untuk mendobrak batasan dan mencapai impian.

"Untuk orang-orang yang berada di situasi yang sama, saya imbau untuk tidak mendengarkan orang lain. Lakukan sesuai yang hatimu inginkan dan kejarlah mimpimu," tutur Vaggelis dalam sebuah wawancara dengan Story Trender.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI