Jejak Emas Iie Sumirat: The Magnificent Seven, Maestro Lapangan dan Mentor Para Juara Dunia

Galih Prasetyo Suara.Com
Kamis, 24 Juli 2025 | 12:14 WIB
Jejak Emas Iie Sumirat: The Magnificent Seven, Maestro Lapangan dan Mentor Para Juara Dunia
Iie Sumirat meninggal dunia [Instagram/@taufikhidayatofficial]

Suara.com - Indonesia kehilangan salah satu tokoh legendaris dalam dunia bulutangkis dengan wafatnya Iie Sumirat pada 22 Juli 2025 di usia 74 tahun.

Pria yang lahir di Bandung pada 15 November 1950 ini meninggalkan warisan besar sebagai atlet berprestasi dan pelatih yang mengasah talenta generasi emas bulutangkis Tanah Air.

Jejak kariernya yang panjang dan penuh dedikasi mencerminkan semangat juang yang tak pernah padam, menjadikannya salah satu pilar kejayaan olahraga tepok bulu Indonesia.

Karier Sebagai Atlet

Iie Sumirat memulai perjalanan bulutangkisnya sejak usia 12 tahun, mengikuti turnamen Braga Festival di Bandung.

Bakatnya yang menonjol membawanya masuk ke Pelatnas PBSI, di mana ia mulai menapaki karier profesional pada era 1970-an.

Ia dikenal sebagai bagian dari "The Magnificent Seven," sebutan untuk tujuh pemain bulutangkis Indonesia yang mendominasi dunia pada masa itu, bersama Rudy Hartono, Liem Swie King, Tjun Tjun, Johan Wahyudi, Christian Hadinata, dan Ade Chandra.

Gaya bermainnya yang khas—pukulan keras, akurasi tinggi, dan insting menyerang yang tajam—menjadi ciri khas yang membuatnya disegani.

Salah satu momen emas kariernya adalah ketika ia menjadi tulang punggung tim Thomas Cup Indonesia.

Baca Juga: Profil Iie Sumirat yang Meninggal Dunia, Sang Legenda Pelatih Bulu Tangkis Taufik Hidayat

Pada 1976, Iie berkontribusi besar dalam kemenangan Indonesia atas Denmark, mengantarkan Merah Putih merebut gelar juara.

Empat tahun kemudian, pada 1979, ia kembali tampil sebagai tunggal utama dan memastikan Indonesia mempertahankan trofi tersebut dengan kemenangan telak atas tim yang sama.

Salah satu adegan ikonik terjadi di final 1979, di mana Iie menari ala Sunda sebelum mengalahkan Svend Pri, menunjukkan sisi humoris dan eksentriknya yang terkenal di kalangan lawan dan penonton.

Di level individu, Iie mencatatkan prestasi luar biasa dengan memenangkan Singapore Open pada 1972 dan 1973, membuktikan konsistensinya sebagai pemain tunggal putra.

Puncaknya, ia meraih gelar juara Asian Invitational Championships 1976 di Bangkok dengan mengalahkan Hou Jiachang, salah satu pebulutangkis terkuat dari China saat itu.

Pada Kejuaraan Dunia IBF pertama yang diadakan di Malmo, Swedia, pada 1977, Iie menembus semifinal dan menyabet medali perunggu, kalah dari juara akhirnya, Flemming Delfs, dengan skor 1-15, 17-18.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI