- Yolla Yuliana, pemain voli senior Jakarta Livin Mandiri, menolak pensiun dan termotivasi Proliga 2026.
- Pemain 31 tahun ini pindah ke JLM mencari tantangan, kekeluargaan, dan dikelilingi banyak pemain muda.
- Yolla membawa beban ekspektasi publik sebagai "spesialis grand final" untuk tim barunya tersebut.
Suara.com - Bintang voli putri nasional, Yolla Yuliana, menegaskan bahwa kata "pensiun" belum ada dalam kamusnya meski kini ia menyandang status sebagai pemain paling senior di skuad Jakarta Livin Mandiri (JLM).
Menatap Proliga musim 2026, atlet berusia 31 tahun ini justru merasa motivasinya semakin membara untuk terus berkompetisi di level tertinggi.
Meskipun menyadari bahwa tantangan fisik dan risiko cedera semakin nyata seiring bertambahnya usia, Yolla memilih untuk terus melawan batasan dirinya sendiri.
"Di hati sendiri itu memacu, bisa kok ayo lawan diri kamu. Cedera dikit bisa kok. Jadi ada pertandingan di dalam diri sendiri, antara pengen sudah atau lanjut," ungkap Yolla di Jakarta, Senin (22/12).
Keputusan Yolla berlabuh ke Jakarta Livin Mandiri setelah sebelumnya membela Jakarta Popsivo Polwan didasari oleh keinginan mencari tantangan dan suasana kekeluargaan yang baru.
Ia merasa keseriusan manajemen JLM dalam meminangnya menjadi alasan kuat untuk memulai petualangan baru di musim ini.
"Yang pastinya emang tiap tahun juga mencoba warna baru, mencoba keluarga baru juga, dan kebetulan memang berjodohnya tahun ini dengan Livin Mandiri," jelasnya.
Uniknya, di tim barunya ini, Yolla dikelilingi oleh barisan pemain yang usianya terpaut sangat jauh, bahkan ada yang masih berusia belasan tahun (14-17 tahun).
Situasi ini menempatkan perempuan kelahiran 1994 tersebut sebagai "kakak tertua" yang harus membimbing para juniornya.
Baca Juga: Panaskan Laga Final SEA Games 2025, Atlet Thailand Lempar Psywar ke Timnas Voli Indonesia
"Dengan banyaknya pemain muda, itu memang PR tersendiri. Ada yang 14 tahun, ada yang 17 tahun, jadi saya yang 30-an sendiri. Tapi itu justru bikin saya semakin semangat," kata Yolla sambil tersenyum.
Yolla melihat sisi positif dari komposisi skuad muda ini, yakni mentalitas yang berapi-api dan energi meledak-ledak yang sangat dibutuhkan oleh tim.
"Kalau dilihat, mental pemain muda biasanya membara. Itu yang dibutuhkan Mandiri. Kalau kebanyakan senior biasanya kurang berapi-api," tambahnya.
Namun, kehadiran Yolla juga membawa beban ekspektasi tinggi dari publik, mengingat rekam jejaknya yang sering membawa tim menembus babak grand final Proliga.
Yolla mengakui predikat "spesialis grand final" itu menjadi beban tersendiri, apalagi target awal JLM adalah mengamankan tiket Final Four terlebih dahulu.
"Predikat grand final itu memang sudah melekat, dan itu jadi beban buat saya pribadi. Tapi setiap pemain pasti punya bebannya masing-masing," pungkas middle blocker andalan Indonesia ini, demikian Antara.