Setelah paten keluar dari Dirjen Hak Atas Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM, Zam terus melakukan uji coba alatnya.
Ratusan kali percobaan tak mematahkan semangatnya hingga sekitar Desember 2014 ia berhasil menciptakan alat tersebut mendekati sempurna.
Kendati Zamrisyaf tidak pernah menempuh pendidikan formal bidang kelistrikan, selama merancang alat itu dia beberapa kali berkonsultasi dengan sahabatnya staf pengajar Politeknik Negeri Padang, Aidil Zamri.
Pembangkit listrik yang diciptakan Zamrisyaf berupa perahu ponton dengan panjang 4,8 meter, lebar 3 meter dan tinggi 3 meter berbentuk segitiga terbalik dengan berat sekitar 13 ton.
Sumber energi listrik berasal dari bandul yang dipasang horizontal menggunakan sumbu di atas ponton yang akan berayun ketika ponton digoncang gelombang.
Energi yang dihasilkan dari putaran bandul yang memiliki lengan dengan panjang 1,7 meter itu disalurkan pada sebuah dinamo.
Untuk mengoperasikan alat tersebut cukup membawanya ke laut dengan jarak sekitar 100 meter dari pantai dan sebagai penahan agar ponton tidak hanyut digunakan jangkar.
Selama masih ada gelombang ponton akan terombang ambing, maka bandul terus berputar menghasilkan energi untuk disalurkan dan diubah menjadi listrik.
"Sekilas cara kerja alat ini terlihat sederhana, tapi untuk dapat menghasilkan listrik ratusan percobaan diadakan dengan berbagai metode yang tidak gampang," kata Zam.
Awalnya, ketika ponton dibawa ke laut bandul yang ada di atas belum berputar, Zam mencoba mengisi ponton dengan muatan pasir hingga air, namun tetap belum menemukan format ideal.
Ia pun pernah memasang posisi bandul secara vertikal, bahkan untuk panjang lengan, dia terus melakukan percobaan agar diperoleh putaran yang stabil.
"Tak sedikit yang mencemooh bahkan sampai mengatakan apa yang saya lakukan adalah pekerjaan gila," katanya, begitu pertama kali mengetes alat itu di kawasan pantai Pasia Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah, Padang.
Menurut dia, dengan memanfaatkan gelombang laut yang tersedia sepanjang waktu, alat yang diciptakannya menggunakan prinsip energi terbarukan, akrab dan ramah lingkungan. Sebab, dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga matahari jauh lebih murah, juga tidak tergantung pada matahari yang hanya bersinar 12 jam sehari.
Jika dibandingkan dengan PLTA juga lebih murah karena untuk membuat PLTA harus membangun saluran air dulu dan membutuhkan biaya yang juga besar.
Prototipe Ke depan, Zamrisyaf berencana mengembangkan alat dalam skala prototipe, dengan penambahan bandul hingga empat, sehingga daya yang dihasilkan minimal per satu ponton 20 ribu watt.