Suara.com - Twitter rupanya belum juga berhasil meraup keuntungan, setelah dalam laporan keuangan di kuartal pertama 2016 perusahaan media sosial itu kembali mencatatkan kerugian sebesar 80 juta dolar AS atau sekitar Rp1,05 triliun (1 dolar AS pada Rp13.202).
Dalam laporan yang dirilis Selasa (26/4/2016), Twitter mengungkapkan bahwa kerugian itu lebih kecil dari periode yang sama tahun 2015 lalu, ketika perusahaan yang kini dipimpin oleh Jack Dorsey itu merugi sebesar 162 juta dolar AS.
Adapun pendapatan Twitter naik sebesar 36 persen dibanding pada kuartal pertama 2015, menjadi sebesar 595 juta dolar AS (sekitar Rp7,8 triliun).
Meski ada perbaikan di sektor keuangan, tetapi jumlah pengguna Twitter - salah faktor kunci dalam menilai pertumbuhan perusahaan media sosial - justru cenderung stagnan.
Jumlah pengguna aktif Twitter per bulan di triwulan pertama 2016 berjumlah 310 juta, naik tiga persen dari periode yang sama di 2015, dan hanya berselisih lima juta dari angka di Desember 2015.
Perlu dicatat bahwa Twitter kini tak lagi menghitung mereka yang menggunakan Twitter via SMS sebagai pengguna aktif. Terakhir kali Twitter memasukkan para pengguna via SMS itu pada kuartal terakhir 2015, ketika itu jumlah pengguna aktif Twitter sekitar 320 juta orang.
Akibat laporan negatif itu, nilai saham Twitter turun lebih dari 13 persen menjadi 14,36 dolar per lembar pada Selasa.
Saham Twitter terus mengalami penurunan sejak perusahaan itu dijual ke publik. Semenjak pertama kali dijual di bursa dengan harga 26 dolar per lembar pada November 2013, saham Twitter sempat melejit ke 62 dolar per lembar di Desember, tetapi setelah itu terus turun hingga hari ini.
Menurut catatan CNN Money, sejak 2011 hingga Maret 2016, Twitter terus merugi. Dalam periode itu Twitter sudah kehilangan 2 miliar dolar AS atau sekitar Rp26,4 triliun. (Phys.org/AFP)