5 Faktor yang Paling Sering Picu Kecelakaan Pesawat

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 31 Oktober 2018 | 17:07 WIB
5 Faktor yang Paling Sering Picu Kecelakaan Pesawat
Petugas Basarnas mengumpulkan barang-barang temuan milik penumpang pesawat Lion Air JT 610 di Posko Penyelamatan Lion Air, Dermaga JICT 2, Jakarta, Selasa (30/10). (Suara.com/Fakhri Hermansyah)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berita kecelakaan pesawat terbang, khususnya Lior Air PK-LQP bernomor penerbangan JT 610 pada Senin (29/10/2018), sontak membuat kita bertanya-tanya mengenai keamanan industri penerbangan.

Meski demikian, sampai fakta-fakta terungkap, tidakah bijak jika berspekulasi mengenai penyebab kecelakaan. Tapi yang jelas, ada beberapa penyebab kecelakaan pesawat terbang yang umum terjadi.

1. Kesalahan pilot

Karena pesawat terbang kini semakin dapat diandalkan, proporsi kecelakaan yang timbul akibat kesalahan pilot kian meningkat dan kini mencapai 50%. Pesawat terbang terdiri dari mesin-mesin kompleks yang memerlukan banyak pemeliharaan.

Karena pilot secara aktif terlibat dengan pesawat pada tiap tahap penerbangan, ada banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan, dari kegagalan untuk memprogram dengan benar flight-management computer (FMC) hingga salah hitung bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengangkat pesawat.

Meskipun kesalahan demikian patut disesali, penting untuk mengingat bahwa pilot berperan sebagai garis pertahanan terakhir saat terjadi suatu kesalahan besar.

Pada Januari 2009, sebuah Airbus A320 dihantam sekawanan angsa di atas Kota New York. Dengan mesin yang tidak menyala, Kapten Chesley Sullenberger harus dengan cepat mempertimbangkan berbagai hal dan membuat suatu keputusan.

Berdsarkan jam terbang yang panjang serta pengetahuan atas kemampuan penanganan pesawat, dia memilih mendaratkan pesawat di Sungai Hudson.

Sebanyak 150 penumpang pesawat tersebut tidak diselamatkan oleh komputer atau sistem otomatis lain. Mereka justru diselamatkan oleh dua pilot – komponen yang disebut-sebut dapat tergantikan oleh komputer dan para ground controller atau pemandu daratan.

2. Kerusakan mesin

Meskipun kualitas desain dan manufaktur terus mengalami peningkatan, kegagalan peralatan masih menyumbang 20% dari kecelakaan pesawat terbang. Walaupun mesin-mesin pesawat dewasa ini jauh lebih bisa diandalkan dibandingkan dengan setengah abad yang lalu, terkadang mereka masih mengalami kerusakan yang mencengangkan.

Pada 1989, satu bilah kipas yang hancur menyebabkan mesin nomor satu (bagian kiri) pesawat Boeing 737-400 British Midland menuju Belfast kehilangan daya.

Instrumen yang sulit dibaca membuat pilot salah mengidentifikasi mesin mana yang kehilangan daya. Para pilot yang kebingungan justru mematikan mesin nomor 2 (bagian kanan).

Tanpa satu pun mesin yang menyala, pesawat tersebut terhempas tidak jauh dari landasan 27 Bandara East Midlands, menewaskan 47 penumpang dan melukai banyak yang lain, termasuk kapten dan kopilot.

Kasus yang lebih terkini adalah kegagalan mesin Qantas A380 yang membawa 459 penumpang dan awak di atas Pulau Batam, Indonesia. Berkat kemampuan para pilot, pesawat terbang tersebut berhasil mendarat dengan aman.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI