OPINI: Implikasi Megatrends 2030-2050 Dalam Sektor Teknologi

Bangun Santoso Suara.Com
Selasa, 20 Agustus 2019 | 15:54 WIB
OPINI: Implikasi Megatrends 2030-2050 Dalam Sektor Teknologi
Ilustrasi Kota Jakarta, ibu kota Indonesia dipastikan akan dipindah ke Kalimantan. [ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat]

Sementara emisi gas karbon oleh Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) diprediksi terus meningkat 17,8% pada 2030. Regulasi perubahan iklim global di suatu negara semakin sangat penting dan isu-isu atau implikasi dari meningkatnya suhu permukaan bumi dan ekstremitas fenomena alam perlu ditangani dengan cerdas.

Dalam megatrends demografi dan perubahan sosial muncul pergeseran dalam perilaku sosial, individualistis, ukuran keluarga lebih kecil, dan gaya hidup tentang keberlanjutan dan kesehatan. Demografi menyentuh aspek populasi penuaan (usia 65 ke atas), mobilitas global, dan meningkatnya gap antara kaya dan miskin. PBB melaporkan bahwa populasi lansia dunia meningkat menjadi 21% di tahun 2050.

Penuaan menyiratkan perubahan dalam gaya hidup dan pola konsumsi, yang akan mempengaruhi jenis produk dan layanan dalam permintaan dan arah inovasi. Sementara megatrends geopolitik merangkum bangkitnya globalisasi kelas menengah (kapitalisme), nasionalisme dan sistem politik.

Kekuatan ekonomi global diprediksi bergeser dari Eropa ke Asia dimana India, Indonesia dan Korea selain Jepang dan China akan menjadi motor ekonomi dunia setelah 2030. Namun nasionalisme semakin memudar dengan konektivitas yang tanpa batas dan kerentanan dunia maya menjadi salah satu medan pertempuran antara negara dan aktor non-negara.

Munculnya model bisnis baru membuat perusahaan di semua sektor akan bergulat dengan bagaimana perkembangan ini akan mempengaruhi harapan konsumen, cara mereka berinteraksi dengan pelanggan mereka, dan bentuk operasi virtual yang mendasari.

Munculnya berbagai inovasi dalam disiplin ilmu seperti elektronik, komputer, nanoteknologi, dan sistem transportasi menandakan megatrends dalam sektor teknologi. PwC melaporkan, 60% generasi muda menjelang 2025 akan memasuki lapangan kerja yang saat ini tidak ada. Artinya 3 dari 5 lapangan kerja akan didominasi oleh digitalisasi pada tahun 2030.

Digitalisasi ini dipacu oleh revolusi industri 4.0 dimana kecerdasan buatan, big data dan analytics, internet of things (IoT), dan komputasi awan mendominasi transformasi digital hingga 2050. Perkembangan elektronika juga semakin berhasil mengecilkan prototipe hardware termasuk robot aplikasi.

Dengan kata lain, teknologi memungkinkan efisiensi energi dalam bidang konstruksi, dimana kayu atau batu untuk bahan bangunan akan bertransformasi dengan material aditif baru yang lebih fleksibel dan ekonomis.

Perkembangan perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) semakin revolusioner, bahkan mengetikkan tangan pada keyboard PC, laptop atau handphone akan digantikan dengan suara. Ke depan pikiran, ide-ide atau akal (brainware) akan langsung dapat disketsa pola-polanya di depan komputer. Pengiriman barang (delivery) bakal bertransformasi dengan sistem augmentasi drone. Pusat-pusat logistik semakin terdesentralisasi dengan otomatisasi moda transportasi.

Baca Juga: Pakai Teknologi Augmented Reality, Google Tampilkan Gambar 3D

Konektivitas semakin meningkat secara eksponensial dengan munculnya smartphone super canggih yang dilengkapi dengan keamanan siber dan kecepatan akses internet yang mumpuni. Model baru dalam pelayanan sosial media baik untuk bisnis maupun bersosialita makin masif dengan kreativitas Apps baru.

Selain itu, terobosan digital semakin mengganggu semua sektor seperti layanan keuangan (misalnya Fintech dengan platform P2P), crowdfunding ekuitas, sistem pembayaran online, cryptocurrency, dan blockchain. Data menjadi aset yang sangat berharga dalam menemukan peluang bisnis dan pasar, terutama berkembang pesatnya bidang data science.

Tidak dipungkiri pula bahwa setiap kemajuan teknologi baru memunculkan kerentanan baru yang akan menantang organisasi penegakan hukum, keamanan, dan pertahanan. Organisasi ini diharapkan mampu menangani isu-isu ini dengan skala kecepatan bisnis.

Di sektor pendidikan tinggi sebagai basis pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi, bukan sekedar menargetkan lulusan yang profesional dalam bidang teknik, kemampuan bersaing dengan pekerja asing, dan globalisasi pendidikan, melainkan kemampuan untuk menjadi hub penelitian, teknologi, jaringan cerdas, dan peradaban dunia.

Sumber daya manusia (SDM) menjadi komponen mendasar yang harus ditingkatkan kualitasnya terutama lompatan kemampuan untuk menyiapkan bahan ajar berorientasi pasar dan melampaui zamannya, inovasi pembelajaran berbasis TIK terkini hingga produktivitas penelitian dan pengabdian masyarakat dengan menghasilkan publikasi bereputasi tinggi, hak cipta, paten, dan penyebaran ipteks.

Dosen adalah superhero dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan bebannya diperkirakan meningkat ke Panca Dharma Perguruan Tinggi menjelang tahun 2050. Penyusunan rencana strategis (renstra) menjadi kunci penting untuk keberkelanjutan sebuah perguruan tinggi.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI